Lestari Moerdijat Dorong Strategi Pembelajaran Berorientasi Terhadap Perubahan Pola Pikir

Minggu, 19 November 2023 – 18:33 WIB
Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat (kanan) saat menghadiri United In Diversity Foundation 20th Anniversary dengan tema Transforming System for Our Common Future: A Call to Collective Action di Kampus UID Bali, Sabtu (19/11). Foto: Dokumentasi Humas MPR RI

jpnn.com, DENPASAR - Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat menyampaikan diperlukan kerja bersama dan berkelanjutan untuk membangun kapabilitas nasional dalam proses transformasi menuju Indonesia yang lebih baik.

Hal itu disampaikannya saat menghadiri United In Diversity Foundation 20th Anniversary dengan tema Transforming System for Our Common Future: A Call to Collective Action di UID Bali Campus, Sabtu (19/11).

BACA JUGA: Lestari Moerdijat: Perbaikan Kualitas Demokrasi Harus Konsisten Demi Rakyat

"Menghadapi kesenjangan sosial yang semakin menguat, dibutuhkan kerja bersama berbasis pembelajaran yang menjamin kelangsungan hidup generasi masa depan yang lebih baik," kata Lestari Moerdijat dalam keterangannya, Minggu (19/11).

Menurut Lestari, pembelajaran berbasis prinsip leading from emerging future yang berorientasi pada perubahan pola pikir dari kesadaran egosistem ke realitas ekosistem sangat krusial untuk menghadapi realitas terkini.

BACA JUGA: Lestari Moerdijat Sebut Intervensi Pemerintah Dibutuhkan untuk Tekan Prevalensi Diabetes

Dia mengingatkan saat ini kita menghadapi digitalisasi yang membuat perubahan luar biasa dan tidak bisa dielakkan mengubah pondasi eksistensi manusia.

"Harus diakui, saat ini kita menghadapi situasi yang sangat paradoks," kata Rerie yang akrab disapa.

BACA JUGA: Lestari Moerdijat Sebut Pembangunan Nonfisik Harus jadi Perhatian Serius

Di satu sisi, lanjut dia, digitalisasi dinilai membangkitkan optimisme dengan berbagai peluang yang tercipta.

Namun di sisi lain kelompok yang skeptis memandang digitalisasi justru meningkatkan depresi dan ketakutan karena standar kehidupan yang berubah.

Anggota Komisi X DPR dari Dapil Jawa Tengah II mengatakan, kondisi paradoks tersebut memicu lahirnya sejumlah kebijakan yang tidak mampu mengatasi kesenjangan yang terjadi.

"Melalui proses pembelajaran yang dilandasi pikiran, hati dan kehendak yang terbuka, kesenjangan di sektor sosial, ekologis, spiritual dapat disadari dan diketahui," tegasnya.

Lebih dari itu, kata Rerie, saat ini kekhawatiran dunia bukan pada ketidakmampuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengantisipasi konflik sosial dan menyudahi perang semata, tetapi kesadaran akan tingginya martabat manusia dan keutamaan kemanusiaan yang kian memudar.

"Berhenti sejenak dan mengoptimalkan proses sensing, memungkinkan kita untuk melihat kondisi yang sebenarnya dengan menggunakan mekanisme penginderaan kolektif kemudian menilai sistem secara keseluruhan," ujar alumnus program MIT-UID Indonesia itu

Dia menegaskan transformasi sistem membutuhkan daya dorong kolektif dan membutuhkan proses berkelanjutan.

"Agar proses transformasi menjadi bermakna, protecting the flame of hope dapat menjadi fondasi sekaligus pendorong gerakan menghadirkan masa depan bersama sejak dini," tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu.

Rerie juga menegaskan menjaga cahaya pengharapan tetap bersinar dapat menjadi salah satu motivasi untuk menyikapi keadaan dunia dan Indonesia saat ini dengan merevisi kembali perumusan tujuan, terbuka pada setiap proses dan menjangkau tujuan melalui kerja bersama. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler