Letusan Gunung Merapi Diprediksi Tak Sedahsyat 2010, Tetapi Melebihi 2006

Minggu, 08 November 2020 – 08:46 WIB
Penampakan Gunung Merapi dari kawasan Deles Indah, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. Foto: Angga Purenda/Radar Solo

jpnn.com, KLATEN - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta memprediksi potensi letusan Gunung Merapi saat ini tidak lebih dari letusan pada 2010.

Namun, gejala peningkatan aktivitas Merapi saat ini sudah melebihi menuju erupsi yang terjadi pada 2006.

BACA JUGA: Status Gunung Merapi Siaga, Pak Ganjar Langsung Menemui Warga Sekitar

“Aktivitas Merapi masih tinggi dengan terus adanya kenaikan. Apalagi sudah tiga hari ini terjadi deformasi (perubahan bentuk) penggelembungan 10 cm setiap harinya. Termasuk mengacu dengan data-data yang kami kumpulkan. Sehingga kami naikan menjadi siaga,” kata Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaidi seperti dikutip dari Radar Solo.

Hanik mengatakan, erupsi yang terjadi pada Gunung Merapi dimungkinkan adanya letusan eksplosif, tetapi tidak akan sedahsyat erupsi yang terjadi pada 2010.

BACA JUGA: Aktivitas Kegempaan Gunung Merapi Meningkat, Siaga

Meski begitu, mereka yang berada di radius 5 km, yang diperkiraan menjadi daerah bahaya erupsi Merapi untuk terus meningkatkan kewaspadaannya.

Ia mengungkapkan, gejala Gunung Merapi saat ini memang sudah melebihi dari 2006. Seperti belum munculnya kubah ke permukaan, tetapi ada kenaikan energi.

BACA JUGA: Status Gunung Merapi Naik dari Waspada jadi Siaga, Ini Pesan Sultan HB X

Serta dari sisi seismik terus mengalami peningkatan.

Namun, kenaikan energi Merapi saat ini masih jauh dari gejala yang terjadi pada 2010, sehingga tidak perlu khawatir.

“Masih jauh dari 2010, tetapi lebih dari 2006. Vulkanik dalam di Juni tahun lalu sekarang bermigrsi menjadi dangkal. Maka itu, tidak ada lagi suplai dari dalam. Namun, kemungkinan percepatan dari sisi seismik, menjadikan indikasi adanya eksplosif," jelasnya.

Hanik mengungkapkan, berbagai peralatan pemantauan terhadap segala gejala Merapi yang terjadi terus dimaksimalkan.

Bahkan, puluhan peralatan untuk memantau Merapi telah terpasang, meski sebelumnya terdapat beberapa yang mengalami kerusakan akibat erupsi.

Terlebih lagi, pemantauan Merapi terakhir kali dilakukan menggunakan drone pada 3 November. Yang akhirnya menjadi dasar untuk menaikkan status menjadi siaga.

"Jika melihat bukaannya untuk potensi ancamannya lebih mengarah ke Sleman dan Klaten. Namun kan untuk kubahnya belum muncul ke permukaan. Masih perlu didata lagi kubahnya munculnya di mana. Kalau sudah muncul kubah, menjadi lebih pasti seberapa besar ancamannya,” jelasnya. (ren/ria)


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler