jpnn.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (BTN) terus mendorong Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam melakukan relaksasi sejumlah aturan atau persyaratan dalam pembangunan rumah subsidi.
Dengan relaksasi tersebut diharapkan akan memberi kemudahan dan mempercepat pembangunan rumah subsidi oleh pengembang.
BACA JUGA: Semester I, BTN Peroleh Laba Bersih Capai Rp768 Miliar
"Kami terus berkomunikasi dengan pengembang supaya bisa mempercepat proses pembangunan rumah dan berdiskusi dengan pihak kementerian PUPR. Karena memang ada beberapa persyaratan khususnya untuk KPR bersubsidi ini agar bisa diberikan kelonggaran," ujar Direktur Utama BTN Pahala Nugraha Mansury, Rabu (5/8).
Pahala mencontohkan aturan yang perlu direlaksasi di antaranya untuk bisa dilakukan akad persetujuan KPR bersubsidi itu jalannya harus sudah jadi, atau listriknya sudah terpasang atau air bersihnya sudah tersedia.
BACA JUGA: Bank BTN Tawarkan Aset Properti Murah Lewat Investor Gathering
"Yang penting komitmen pengembang itu kuat untuk bisa melakukan hal tersebut dan bisa dibuktikan misal dengan sudah bayar retribusi pemasangan listrik," katanya.
Menurut Pahala jika aturan tersebut bisa dilonggarkan maka penyerapan rumah subsidi oleh masyarakat akan lebih besar lagi. Sehingga pengembang juga akan bisa terus membangun rumah subsidi.
BACA JUGA: Gandeng Ivanka Slank, Pegadaian Ajak Hindari Narkoba
"Tentu ini akan menggairahkan sektor perumahan yang diharapkan bisa berkontribusi dalam pemulihan ekonomi nasional," tegasnya.
Pahala menegaskan, multiplier effect pada kredit kepemilikan rumah cukup tinggi.
Karena bukan hanya berimplikasi kepada masyarakat yang membutuhkan adanya perumahan, tetapi juga para pengusaha-pengusahanya dan terus sampai nilai tambahnya kepada kontraktor, kemudian penjual bahan bangunan.
"Kami perkirakan ada 177 sektor lainnya yang akan terpengaruh dengan adanya pengembangan dari sektor perumahan," jelasnya.
Pahala menambahkan, hingga Juni 2020 penyaluran kredit dan pembiayaan tumbuh sebesar 0,32% secara tahunan dari Rp251,04 triliun pada semester I/2019 menjadi Rp251,83 triliun di periode yang sama tahun ini.
Menurut Pahala, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Subsidi menjadi penyumbang pertumbuhan kredit perseroan secara keseluruhan.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy