jpnn.com, PAPUA - Kementerian Perhubungan ikut berkomitmen mengurangi disparitas harga di wilayah Papua melalui program Jembatan Udara.
Jembatan udara adalah pelaksanaan angkutan udara kargo dari bandara ke bandara lainnya dan/atau dari bandara ke bandara di daerah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan.
BACA JUGA: NCBI Minta Kaji Ulang Hasil Seleksi Dirjen Perhubungan Laut
“Jembatan udara ini adalah satu inisiatif yang baru kami lakukan tahun ini. Kami lihat disparitas itu terjadi di bagian Indonesia barat dan timur, tetapi disparitas yang paling signifikan itu terjadi di daerah pinggiran, ketinggian, batas–batas negara yang hanya bisa dijangkau dengan pesawat udara," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi.
Karenanya tahun ini Kemenhub menginisiasi Jembatan Udara. Untuk Pilot Project pihaknya melakukan dari Timika, Dekai, dan Wamena.
BACA JUGA: Penerbangan Haji 2017 Sukses, Menhub Sampaikan Apresiasi
Budi berharap keberadaan jembatan udara bisa menggerakkan ekonomi di daerah. Sehingga tidak hanya membawa barang menuju daerah yang jauh, tetapi juga mengangkut kembali barang yang dihasilkan daerah tersebut ke daerah lain di pelosok Indonesia.
Jembatan udara ini nantinya terintegritas dengan beberapa lokasi pelabuhan yang akan terkoneksi dengan program tol laut yang juga sedang dijalankan pemerintah.
BACA JUGA: Menhub Ingin Jadikan Yogyakarta Destinasi Kedua Setelah Bali
“Bahwa selain Jembatan Udara tadi berkaitan dengan Tol Laut kita ingin sekali produktifitas angkutan balik dari Indonesia bagian timur ke Indonesia bagian Barat menjadi lebih baik. Adanya jembatan udara dari Kementerian Perhubungan agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk membawa barang dari Indonesia bagian Timur ke arah Indonesia bagian Barat," harapnya.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pengembangan Bandara Trunojoyo Ditargetkan Rampung 2019
Redaktur & Reporter : Yessy