Lewat Sekolah Lapang Pertanian di Kuningan Terdongkrak

Senin, 22 November 2021 – 15:59 WIB
Program Sekolah Lapang (SL) di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, berjalan sukses. Foto: Humas Kementan

jpnn.com, KUNINGAN - Program Sekolah Lapang (SL) di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, berjalan sukses.

Para petani di sana terbantu dengan kehadiran dari program yang notabene item dari IPDMIP atau pengelolaan dan pengembangan irigasi partisiaptif terpadu (IPDMIP).

BACA JUGA: Iptu JM Ditabrak-Dilindas Bandar Narkoba, Kombes Hengki: Tim Khusus Sudah Bergerak

Total ada delapan daerah irigasi (DI) yang menjadi sasaran. DI Ancaran, DI Bantarwangi, DI Bratakasian, DI Cikepel, DI Cimonte, DI Cipaku, DI Citanggulun, dan DI Kanyere.

Sementara lokasi kegiatan IPDMIP terdapat dalam wilayah sepuluh BPP (Ciawigebang, Cidahu, Cipicung, Cilimus, Garawangi, Lebakwangi, Luragung, Kuningan, Mandirancan dan Subang), 17 Kecamatan, 69 Desa 303 Kelompok Tani, Jumlah Anggota Kelompok Tani 11.303 orang dan Luas Lahan Sawah 5.446 Ha.

BACA JUGA: Sarah Meninggal Dunia di Rumah Sakit, Kami Turut Berbelasungkawa

Kepala Seksi Pengembangan SDM Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kuningan Asep Endang Setiawan menjelaskan sejak dimulai pada 2019, program SL DI telah diikuti sebanyak 1.850 peserta. Perinciannya Sekolah Lapang I Tahun 2019 sebanyak 15 Lokasi/Desa/Poktan dengan jumlah petani yang mengikuti sebanyak 300 orang.

"Tahun 2020, Sekolah Lapang I berlangsung di 15 Lokasi/Desa/Poktan. Jumlah petani yang ikut serta sebanyak 300 orang," kata Endang melalui keterangan tertulisnya, Senin (22/11).

Khusus tahun ini, pelaksanaan SL DI dilaksanakan dua angkatan, berlangsung di 30 Lokasi/Desa/Poktan dengan total peserta 750 orang.

"Untuk yang angkatan kedua (SL DI II), pelaksanannya di 20 lokasi. Pesertanya 500 orang," kata Asep.

Dia menambahkan keberadaan program sekolah lapang sangat berdampak sekali bagi petani. Pasalnya, hal ini merupakan momen pembelajaran bagi petani di lokasi usaha tani.

"Metodenya dengan teori, praktik keterampilan dan pengamatan tanaman. Terbukti petani mau melaksanakan apa yang disampaikan selama SL, lebih bersemangat berkelompok, petani yang sebelumnya belum ikut kelompok jadi tertarik menjadi anggota kelompok. pengetahuan dan keterampilan petani meningkat," ungkap Asep.

Dia menegaskan kalau tantangan bagi penyuluh ke depan makin kompleks. Untuk itu, mereka harus selalu update pengetahuan dan keterampilan untuk bekal penyuluhannya.

Begitupun dengan petani, mereka harus mau dan mampu mengubah pola pikir serta sikapnya, sehingga mau menerima informasi maupun pengetahun baru yang disampaikan penyuluh.

"Artinya harus bersinergi semuanya. Adanya program IPDMIP menjadi momentum untuk itu," kata Asep.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Dedi Nursyamsi menegaskan program IPDMIP menjadi salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya di daerah irigasi sehingga pada akhirnya kesehatan petani bisa meningkat.

Menurutnya, IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern. Untuk itu, SDM-nya harus digarap lebih dahulu.

"Mereka adalah petani, penyuluh, petani milenial melalui pelatihan,” ujar Dedi. (jpnn)


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler