jpnn.com, MANCHESTER - Pep Guardiola boleh bangga disebut pelatih paling top saat ini, tapi jelang leg kedua 8 Besar Liga Champions melawan Liverpool, Rabu (11/4) dini hari nanti, rekor buruk pria Catalan itu menjadi sorotan.
Guardiola telah mengarungi 103 laga Liga Champions sepanjang karier melatihnya. Persentase menangnya di angka 60,1 persen. Itu termasuk dua laga final yang mampu dia menangi, pada edisi 2008-2009 dan 2010-2011.
BACA JUGA: Liga Champions: Jadwal Siaran Langsung Tengah Pekan Ini
Namun jangan berharap Pep bisa menuntaskan misi pembalasan di Liga Champions. Soal itu, Pep punya rekor buruk. Dari tujuh kali tim Pep mengalami situasi ketinggalan pada leg pertama fase knockout di kandang lawan, cuma dua kali dia selamat. Lima lainnya Pep jadi pecundang.
Trauma itu membayangi City yang akan menjamu Liverpool di Etihad, Manchester dini hari nanti WIB.
BACA JUGA: Liga Champions: Salah Diragukan Tampil Lawan Manchester City
Anak buah Pep memulainya dengan defisit tiga gol setelah kalah 0-3 saat leg pertama di Anfield, Liverpool (5/4). Pep, dikutip The Independent, sudah waswas dengan terulangnya lagi kegagalan comeback-nya di Liga Champions. ''Ya, itu (kekalahan) masih bisa terjadi,'' ucapnya, dalam konferensi pers di Etihad Campus, kemarin (9/4).
Pep tak berkaca dari gol yang mampu dicetak Vincent Kompany dkk, faktanya di Etihad musim ini City per laga rata-rata dapat mencetak tiga gol segala ajang. Mengoleksi 70 gol pada 23 laga. Pep lebih menyoroti defense-nya yang bobrok.
BACA JUGA: Kasihan, Bus Manchester City Hancur Diserang Fan Liverpool
Seperti terakhir saat dibobol tiga kali di saat sudah leading dua gol dari Manchester United pada derby Manchester (7/4). ''Itu yang membuat kami sadar, gol-gol tak menjamin kami memenangi laga,'' imbuhnya.
Apalagi, Pep juga punya trauma dengan kekalahan tiga gol pada leg pertama di kandang lawan. Tepatnya di semifinal Liga Champions 2014-2015 ketika Pep masih melatih Bayern Muenchen. Di leg kedua, Bayern-nya Pep menang tapi dengan skor tipis 3-2 dan tersisih.
Pep mengungkap, dia baik saat di Barca, Bayern atau City selalu mewanti-wanti pemain asuhannya agar lebih rapat bertahan saat sudah unggul. Lawan bisa membunuh dalam 15 menit seperti dua gol Neymar pada leg kedua di Allianz Arena. Pep mengakui, strategi garis defense-nya yang tinggi sejak awal laga bisa jadi pembunuh.
''Percuma mencetak empat gol tapi kebobolan tiga gol (seperti lawan United). Tidak ada sistem yang mampu menghindarinya, itu sangat rumit,'' klaim Pep.
Susahnya Guardiola menghapus trauma misi pembalasan itu pun makin rumit dengan The Reds yang menyiratkan takkan mengambil langkah aman pada leg kedua nanti. Meskipun telah unggul tiga gol pada leg pertama.
Dilansir Liverpool Echo, garis pertahanan tinggi seperti pada leg pertama tetap akan dimainkan skuad Klopp. Kloppo pun makin menguati pertahanannya dengan memasang Georginio Wijnaldum di posisi yang lebih dalam. Tidak sebagai gelandang, tapi lebih ke posisi enam di depan back four Liverpool. ''Tim tetap bermain normal, lebih tinggi (garis defense-nya) dan saya lebih berperan dalam situasi build up serangan dari belakang,'' ungkap Gini kepada ESPN.
Setali tiga uang, center back Virgil Van Dijk dan Milner pun menegaskan bahwa tak ada kata bertahan dalam kamus permainan Liverpool. ''Kami datang untuk bermain, dan itu yang di setiap laga selalu kami lakukan. Karena kami tahu, unggul tiga gol bukan garansi kami lolos ke fase berikut dengan mudah,'' tutur Milner yang pernah lima musim memperkuat The Citizens itu. (ren)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Barcelona Pimpin Klasemen Perolehan Gol Bunuh Diri
Redaktur & Reporter : Adek