Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kukar Ahmad Taufik Hidayat mengaku, tak semua pertambangan berpengaruh pada pertanian. Begitu juga dengan limbah batu bara.
Jika kadar kekeruhannya tidak melampau ambang normal, maka tak akan berpengaruh pada pertumbuhan padi. Tapi jika kadar kekeruhan air melampaui ambang normal, dipastikan bakal mengambat pertumbuhan padi. Menurut dia, adanya padi yang tumbuh tak maksimal itu karena pengelolaan limbah penambangan yang kurang maksimal. Misal, perawatan sediment pond tak dilakukan perawatan secara rutin.
Sehingga kala hujan deras, dipastikan air dalam polder akan melebihi kapasitas. Sehingga terjadi luberan air ke pemukiman warga atau pertanian, yang lokasi tambangnya dekat dengan sawah.
Air yang belum melalui proses settling pond dipastikan kada kekeruhan air masih di bawah baku mutu. Itu yang bisa menimbulkan produksi padi padi sedikit terhambat. “Semua perusahaan wajib merawat sistem pengelolaan limbah,” katanya.
Selalu diupayakan ukuran polder harus sesuai dengan luas bukaan lahan. Menurut dia, hingga kini belum ada pengajian secara mendalam mengenai limbah tambang yang bisa berpengaruh pada produksi beras. Namun diakuinya, jika adanya pembukaan lahan tambang yang mampu merusak sawah, itu bisa saja terjadi.
Taufik menjelaskan, adanya bukaan lahan bisa mengurangi distribusi air ke persawahan. Sebab adanya tambang kerap kali membuat kawasan sekitar mengalami kekeringan. Itu karena gunung dan hutan yang semula menampung air, sudah tiada. Pemkab, kata dia, terus menekankan penambangan batu bara yang ramah lingkungan. Perusahaan wajib membuat pengolahan limbah disetiap bukaan lahan.
Sehingga air yang mengalir ke lingkungan sekitar sudah memenuhi baku mutu. Ia mengatakan, sanksi tegas menanti bagi perusahaan yang tak mematuhi aturan. Sanksinya berupa teguran, paksaan pemerintah untuk membuat settling pond. Jika tak digubris perintah pemkab, maka Izin Usaha Pertambangan (IUP) akan dibekukan. Terakhir adalah pencabutan IUP berdasarkan rekomendasi BLH Kukar ke Distamben. Untuk evaluasi IUP.
Diketahui, luas lahan sawah mengalami penurunan, tapi produksi padi di Kukar malah cenderung meningkat tiap tahunnya. Pada 2009 produksi pada di daerah ini sebesar 205,1 ton, tahun berikutnya menjadi 210,2 ton, hingga pada 2011 sebesar 213,2 ton. Kendati begitu produksi padi di Kukar masih kurang maksimal. Itu karena persawahan di daerah ini masih mengandalkan air tadah hujan dan banyak pertambangan batu bara yang mengaliri limbah di sawah. (rom/kri)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Dago Dihantui Banjir Kiriman
Redaktur : Tim Redaksi