BARABAI – Ratusan warga di Desa Mualimin RT 9 dan Desa Bukat, Kelurahan Barabai Darat, Kecamatan Barabai, serta Desa Tandui dan Durian Punggal, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Hulu Sungai Tengah, dibuat resah dengan serangan lintah.
Serangan lintah ini membuat lahan pertanian tadah hujan terbengkalai sejak 3 tahun silam. Beberapa lahan produktif jadi ilalang akibat petani dan buruh tani enggan menggarap dan turun ke sawah.
Mereka takut dengan serangan lintah yang agresif yang hidup di kawasan berair lahan pertanian. Informasi sementara saat Radar Banjarmasin ke lokasi, serangan lintah itu dipicu kehadiran peternakan kerbau yang ada di Mualimin RT 9 beberapa tahun silam.
Spesies lintah itu juga dilaporkan Kelompok Tani Daya Murni Desa Mualimin RT 9. Mereka juga menolak kehadiran puluhan kerbau yang sudah membawa dampak. Beberapa buruh tani mengalami cedera dan sakit.
“Biar gaji ditambah buruh tani tidak mau ke ladang. Mereka pilih ke luar kampung. Hama pertanian sebenarnya tidak terlalu banyak, cuma lintah. Ada buruh tani tidak bisa jalan. Ia ketakutan saat lintah menempel di kakinya dan dipukul terlalu keras dengan kayu, yang kena bukan lintah tapi kakinya yang membiru,” kata Eddy, warga Mualimin, Kamis (30/5).
Serangan lintah sejak 3 tahun terakhir ini bukan saja menakutkan petani. Warga yang biasanya mencari ikan air tawar enggan memancing dan mencemplungkan kaki ke air. Hewan berkelamin ganda itu terlalu banyak dan dengan cepat datang jika ada kaki menempel ke air.
Sampai saat ini warga masih bingung dengan perkembangbiakan lintah yang begitu cepat serta tidak tahu cara membasminya. “Cemplungkan saja kaki ke air sebentar pasti berdatangan lintahnya dari sebesar kelingking dan jempol orang dewasa. Sebagian lintah yang ditangkap kami simpan di botol air mineral,” terang Eddy lagi.
Cerita hewan lintah juga dialami oleh Atika. Bocah perempuan kelas 4 sekolah dasar itu mengaku sakit 2 hari usai berenang di kawasan Telaga Bakung. Ternyata seekor lintah masuk dalam kemaluannya hingga mengakibkan pendarahan.
Ia tidak menyadari bahkan tidak merasa hewan bertubuh pipih itu menempel dan menggigitnya. Ia baru sadar setelah separuh lebih badan hewan itu masuk ke dalam alat kelaminnya.
Lebih apes lagi yang dialami seorang pria warga desa setempat seperti seperti diceritakan Muhammad Humaidi. Tanpa disadari seekor lintah menempel di selangkangannya.
Hewan mirip cacing berwarna coklat kehitaman yang tubunya bersegmen itu menempel satu malam penuh. Korban baru mengetahui saat bangun pagi dan lintah itu berubah sebesar kaleng minuman bersoda.
“Kami sudah membuat laporan tertulis tapi saya belum tahu sudah sampai atau belum laporan keresahan kami,” kata Humaidi saat ditemui di rumahnya di Barabai Darat.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikulturan HST, Kemat, serta Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan, Suhaimi, mengaku telah mendengar keresahan warga empat kawasan itu dua hari sebelumnya. Ia mangaku harus melakukan koordinasi lintas sektor sambil memastikan terlebih dahulu pemicu utama lintah sangat cepat berkembang biak.(amt)
Serangan lintah ini membuat lahan pertanian tadah hujan terbengkalai sejak 3 tahun silam. Beberapa lahan produktif jadi ilalang akibat petani dan buruh tani enggan menggarap dan turun ke sawah.
Mereka takut dengan serangan lintah yang agresif yang hidup di kawasan berair lahan pertanian. Informasi sementara saat Radar Banjarmasin ke lokasi, serangan lintah itu dipicu kehadiran peternakan kerbau yang ada di Mualimin RT 9 beberapa tahun silam.
Spesies lintah itu juga dilaporkan Kelompok Tani Daya Murni Desa Mualimin RT 9. Mereka juga menolak kehadiran puluhan kerbau yang sudah membawa dampak. Beberapa buruh tani mengalami cedera dan sakit.
“Biar gaji ditambah buruh tani tidak mau ke ladang. Mereka pilih ke luar kampung. Hama pertanian sebenarnya tidak terlalu banyak, cuma lintah. Ada buruh tani tidak bisa jalan. Ia ketakutan saat lintah menempel di kakinya dan dipukul terlalu keras dengan kayu, yang kena bukan lintah tapi kakinya yang membiru,” kata Eddy, warga Mualimin, Kamis (30/5).
Serangan lintah sejak 3 tahun terakhir ini bukan saja menakutkan petani. Warga yang biasanya mencari ikan air tawar enggan memancing dan mencemplungkan kaki ke air. Hewan berkelamin ganda itu terlalu banyak dan dengan cepat datang jika ada kaki menempel ke air.
Sampai saat ini warga masih bingung dengan perkembangbiakan lintah yang begitu cepat serta tidak tahu cara membasminya. “Cemplungkan saja kaki ke air sebentar pasti berdatangan lintahnya dari sebesar kelingking dan jempol orang dewasa. Sebagian lintah yang ditangkap kami simpan di botol air mineral,” terang Eddy lagi.
Cerita hewan lintah juga dialami oleh Atika. Bocah perempuan kelas 4 sekolah dasar itu mengaku sakit 2 hari usai berenang di kawasan Telaga Bakung. Ternyata seekor lintah masuk dalam kemaluannya hingga mengakibkan pendarahan.
Ia tidak menyadari bahkan tidak merasa hewan bertubuh pipih itu menempel dan menggigitnya. Ia baru sadar setelah separuh lebih badan hewan itu masuk ke dalam alat kelaminnya.
Lebih apes lagi yang dialami seorang pria warga desa setempat seperti seperti diceritakan Muhammad Humaidi. Tanpa disadari seekor lintah menempel di selangkangannya.
Hewan mirip cacing berwarna coklat kehitaman yang tubunya bersegmen itu menempel satu malam penuh. Korban baru mengetahui saat bangun pagi dan lintah itu berubah sebesar kaleng minuman bersoda.
“Kami sudah membuat laporan tertulis tapi saya belum tahu sudah sampai atau belum laporan keresahan kami,” kata Humaidi saat ditemui di rumahnya di Barabai Darat.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikulturan HST, Kemat, serta Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan, Suhaimi, mengaku telah mendengar keresahan warga empat kawasan itu dua hari sebelumnya. Ia mangaku harus melakukan koordinasi lintas sektor sambil memastikan terlebih dahulu pemicu utama lintah sangat cepat berkembang biak.(amt)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Butuh Tambahan Rumah Sakit
Redaktur : Tim Redaksi