jpnn.com - jpnn.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkapkan data ratusan perdagangan dunia, didominasi penjualan aset tidak berwujud. Hak ini rawan manipulasi sehingga mendesak untuk dipatenkan.
"500 jenis perdagangan di dunia, 80 persennya merupakan aset tak berwujud, termasuk di antaranya hasil-hasil riset. Itu sebabnya, untuk melindung hasil riset ini harus dipatenkan," kata Kepala Pusat Inovasi LIPI Dr Nurul Taufiqu Rochman dalam diskusi yang digagas Knowledge Sector Initiative "Komersialisasi Hasil Riset dan Penerapan Paten" di Jakarta.
Dia menyebutkan, dibanding lembaga lainnya, LIPI merupakan penghasil paten terbanyak, tidak hanya di Indonesia tapi juga ASEAN.
BACA JUGA: LIPI: Ini Pengadilan Politik untuk Menjegal Ahok
Sampai saat ini jumlah paten yang dihasilkan LIPI 504, di antaranya program sejuta sapi, padi gogo, pupuk, dan lainnya. Sedangkan 2016, LIPI sudah menghasilkan 81 paten.
"Ini prestasi karena di tengah pemotongan anggaran, LIPI justru menghasilkan 81 paten dari target 41 paten," ujarnya.
Dia menambahkan, hasil riset LIPI susah dibawa ke industri karena proses alihteknologinya "gelap gulita".
Pasalnya, peneliti tidak membeberkan prosesnya sehingga sulit diimplementasikan oleh industri. Padahal melalui paten, bisa mengetahui potensi komersialisasi suatu riset.
"Jadi melalui paten bisa meningkatkan komersialisasi suatu riset," ucap Nurul.
Hasil paten, lanjutnya, bisa dikomersialisasi dan didesiminasi. Untuk paten yang dikomersialisasi melalui beberapa tahapan yakni dipatenkan, kemudian inkubasi dan mendirikan perusahaan pemula. Setelah jadi perusahaan pemula, baru dicari investor yang mau menanamkan modal.
Wakil Presiden RTI Internasional Terri Lomax PhD mengungkapkan, di Universitas Carolina Utara Amerika Serikat merupakan contoh sukses investasi di bidang riset.
Dana yang dikeluarkan untuk penelitian di universitas tersebut sebanya USD 387 juta. Tingkat pengembaliannya, setiap satu dolar yang dikeluarkan untuk riset maka menghasilkan sembilan dolar untuk pendapatan negara serta sosial.
"Investasi riset tersebut juga menghasilkan perusahaan pemula di universitas yang menyumbang USD 1,2 miliar pendapatan untuk Carolina Utara. Di samping menghasilkan varian baru di bidang pertanian yakni kentang manis. Riset-riset yang dilakukan menghasilkan inovasi yang berharga," paparnya.
Untuk mengkomersialisasi hasil riset, kata Terri, pihak universitas bekerja sama dengan industri untuk membantu akademis menemukan pasar. Selain itu perlu agen yang menghubungkan peneliti dan industri. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad