Camat Bukit Santuai Hawianan mengatakan meski dengan segala keterbatasan yang dimiliki, masyarakat tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Untuk pasokan listrik sejumlah desa maupun pihak kecamatan hanya mengandalkan pembangkit tenaga surya yang dibantu program PNPM.
“Kecamatan Bukit Santuai ini ada 14 desa dan yang saat ini sudah masuk listrik tenaga surya baru 4 desa dan itu pun belum merata, hanya beberapa rumah saja. Sedangkan yang lainnya masih mengandalkan genset, sementara harga BBM di sana cukup tinggi sekali yaitu mencapai Rp.9.000 baik itu untuk bensin, solar dan minyak tanah,” ungkapnya.
Namun demikian disampaikannya, harga BBM yang cukup tinggi tersebut tidak begitu dikeluhkan warga, asalkan pasokannya terbilang lancar. Bahkan menurutnya, warga di sana mendukung saja terhadap kebijakan pemerintah yang ingin menaikkkan BBM bersubsidi. Hal itu karena, warga di sana beranggapan jika harga BBM bersubsidi naik, terutama yang diperkotaan, diharapkan para pengecer mau menjual ke pedalaman yang harga eceranya mencapai Rp.9.000 per liter.
“Jadi warga kami beranggapan, tidak masalah kalau cuma naik Rp.1.000 atau Rp.2.000, asalkan pasokannya selalu sampai ke pedamalam. Dari pada harganya murah, namun barangnya tidak sampai dan hanya dimainkan oleh pelangsir di perkotaan,” pungkas Hawianan.
Salah satu upaya untuk mengejar ketertinggalan tersebut, Hawianan juga sudah menyampaikan baik melalui surat dan lisan kepada pemerintah kabupaten agar kucuran program dan dana pembangunan bisa lebih ditingkatkan lagi ke kecamatan tersebut, terutama untuk penambahan aliran listrik dan peningkatan jalan. (gus/ton)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tertimbun Longsor, Sopir Angkot Ditemukan Tewas
Redaktur : Tim Redaksi