Lobi Bersani Cari Solusi Krisis Italia

Kamis, 28 Februari 2013 – 04:03 WIB
ROMA - Krisis politik di Italia belum reda menyusul deadlock pasca-pemilihan umum (pemilu) parlemen pada 24-25 Februari lalu. Kebuntuan belum teratasi setelah tidak ada satu pun partai politik yang memenangi suara dan kursi mayoritas, terutama di senat (majelis tinggi), dalam pemilu tersebut.
 
Pemimpin kelompok kiri-tengah Pier Luigi Bersani terus melobi dan melakukan negosiasi dengan berbagai kekuatan politik untuk memecahkan kebuntuan. Sejauh ini negosiasi berjalan alot. Bersani mengakui bahwa kubunya memang menduduki posisi pertama, tetapi bukan pemenang pemilu.
 
Pasar dan investor pun berharap cemas. Mereka nervous dengan kebuntuan politik di Italia hingga kemarin (27/2). Bersani memperingatkan bahwa protes luas antipengetatan anggaran yang mengakibatkan parlemen Italia tak segera terbentuk harus dicarikan jalan keluar.

"Kami khawatir bahwa kita sedang berada dalam situasi dramatis. Kami khawatir risiko yang akan dihadapi Italia," ujar Bersani dalam pidato pertama pasca-pemilu kemarin. Dia menyatakan bahwa efek dari mandeknya proses politik di Italia akan berpengaruh pada Eropa secara keseluruhan.
 
Dari 315 kursi senat, pemimpin kelompok kiri-tengah Pier Luigi Bersani hanya meraih 31,63 persen (123 kursi). Itu belum cukup bagi dia untuk membentuk pemerintahan. Rivalnya, Silvio Berlusconi, merebut 30,72 persen (123 kursi).

Kelompok antikemapanan yang dipimpin mantan komedian Beppe Grillo ada di urutan ketiga dengan 23,79 persen (54 kursi). Lantas, mantan Perdana Menteri (PM) Mario Monti menempati posisi empat dengan 9,13 persen (19 kursi).
 
Di majelis rendah, kubu Bersani meraih suara terbanyak, tetapi juga bukan mayoritas. Pemimpin Partai Demokrat itu hanya meraup 29,54 persen (345 kursi dari total 630 kursi). Berlusconi berada di urutan kedua dengan 29,18 persen (125 kursi). Sedangkan Grillo dan Monti meraih masing-masing 25,55 persen (109 kursi) dan 10,56 persen (47 kursi).
 
Pemilu Italia menjadi sangat krusial bagi zona euro atau eurozone (negara-negara yang menggunakan mata uang euro). Muncul kekhawatiran bahwa instabilitas politik Italia akan kembali mengguncang blok regional itu yang belum pulih dari krisis utang.
 
Bursa saham dunia anjlok dan kemampuan utang Italia menurun. Itu terjadi setelah para analis memprediksi bahwa Italia, sebagai kekuatan ekonomi ketiga di Eropa, bakal melakukan pemilu ulang beberapa bulan ke depan. Ketika pasar Asia dibuka kemarin (27/2), euro masih tertekan.
 
Berdasar konstitusi Italia, mayoritas kursi di parlemen dua kamar, senat dan majelis rendah, menjadi keharusan untuk membentuk pemerintahan. Situasi politik tersebut baru kali ini terjadi di Italia pasca-Perang Dunia.
 
Bersani mendesak partai-partai politik lain berkomitmen untuk mencapai kesepakatan demi tercipta pemerintahan. Para pengamat menyatakan bahwa peluang masih terbuka jika Bersani mampu menggandeng koalisi Gerakan Bintang Lima (M5S) pimpinan Grillo, mantan komedian yang kini menjadi aktivis anti-korupsi. Grillo memenangkan puluhan kursi di majelis rendah maupun senat.
 
Bersani mengakui bahwa M5S berhasil menarik simpati pemilih yang marah dengan kondisi ekonomi Italia. Partai tersebut berhasil menjadi kekuatan terbesar di parlemen, di luar koalisi.
 
Berdasarkan konstitusi, parlemen harus bersidang dalam 20 hari setelah pemilu untuk melakukan negosiasi formal dengan Presiden Italia Giorgio Napolitano dalam rangka membentuk pemerintahan baru. Beberapa pekan ke depan sepertinya bakal diisi dengan berbagai negosiasi politik di balik layar. Sosok Grillo sebagai pusat perhatian.
 
Para pemimpin Uni Eropa menyuarakan kekhawatiran mereka terkait kondisi terakhir di Italia. Menteri Keuangan Prancis Pierre Moscovici menyatakan bahwa hasil pemilu Italia, meski berbuah masalah, tidak mengancam eurozone secara umum. Namun, dia minta Italia segera membentuk pemerintahan yang solid.
 
Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Garcia Margallo menyatakan bahwa Madrid tidak nyaman dengan kondisi di Italia. "Situasi) seperti ini adalah lompatan menuju ketidakpastian yang akan berdampak buruk pada Italia maupun Eropa," tuturnya.
 
Komisi Eropa menyebut bahwa pihaknya telah memahami pesan kekhawatiran dari pemilih Italia. Namun, mereka berharap Roma tetap akan berkomitmen pada penghematan anggaran dan reformasi ekonomi.

"Sejauh ini kami terus berharap pemerintah Italia tetap menjaga komitmen itu," terang Juru Bicara Komisi Eropa Olivier Bailly kepada wartawan. (AFP/RTR/cak/dwi)
 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Paus Berkotbah Terakhir di Depan 150 Ribu Umat

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler