Lobster Senilai Rp 400 Juta dari Surabaya Gagal Diselundupkan

Minggu, 10 April 2016 – 03:10 WIB
Tim gabungan melepas 13 ribu benih lobster yang hendak diselundupkan ke Vietnam di perairan Pulau Panjang, Sabtu. Foto: Batam Pos / JPG

jpnn.com - BATAM - Petugas Stasion Karantina Ikan kelas satu Batam berhasil menggangalkan upaya penyelundupan benih lobster senilai Rp 400 juta di Bandara Hang Nadim Batam,  Selasa (6/4) lalu. Sekitar 13 ribu bibit lobster tak bertuan itu belakangan diketahui berasal dari Surabaya dan hendak dibawa ke Vietnam.

Upaya penyelundupan lobster itu bertentangan dengan Permen kementrian kelautan dan perikanan (KKP) nomor 01 tahun 2014 yang mengatur tentang penangkapan dan pembudidayaan kepiting, ranjungan dan lobster.

BACA JUGA: Akhiri Napas Sendiri Pakai Tali, Sudah Pesan Tetangga

Kepala Stasion Karantina Ikan kelas I Batam, Azhari mengatakan, penggagalan upaya penyelundupan benih lobster itu, saat anggota keamanan di bandara Hang Nadim Batam curiga atas sebuah koper bawaan penumpang pesawat dari Surabaya. 

Koper yang berisi belasan kantong plastik berisi air dan benih udang itu dibiarkan begitu saja oleh penumpang saat berada kompayer pengambilan barang bagasi bandara. "Karena tak diambil, diperiksa petugas dan ternyata isinya 13 ribuh benih lobster," kata Azhari.

BACA JUGA: Lombok Travel Mart 2016 Bidik Pasar Malaysia - Australia

Temuan koper tak bertuan itu langsung dikoordinasikan dengan pihak kepolisian Polresta Barelang dan Satker PSDKP Batam di Barelang.

Setelah melalui proses penyelidikan terkait siapa pelaku penyelundupan benih Lobster itu, tim gabungan dari Kepolisian, Stasion Karantina Ikan kelas Satu Batam dan PSDKP akhirnya sepakat untuk melepaskan 13 ribu benih lobster itu di perairan pulau Panjang. Ini bertujuan untuk tetap melestarikan sumber kekayaan periaran di Indonesia.

BACA JUGA: Duh, Puluhan Peserta MTQ Didiskualifikasi, Ada yang WO Juga

Kepala Satker PSDKP Batam, Akhamdon mengatakan, upaya penyelundupan aset kekayaan laut Indonesia ke luar negeri sudah sering terjadi. Tahun 2016 ini saja petugas terkait sudah tiga kali berhasil menggagalkan upaya penyelundupan lobster.

Tanggal 20 Februari ada puluhan induk lobster yang siap bertelur diamankan di Batam saat hendak dibawa ke Vietnam. Induk lobster itu diambil dari Natuna dan akhirnya dilepaskan kembali petugas di perairan pulau Abang, Barelang.

Tanggal 3 Maret petugas kembali mengamankan  19 ekor induk lobster yang sedang bertelur. Induk-induk Lobster itu juga direncanakan akan di bawa ke Vietnam dan kemudian dilepaskan petugas di perairan jembatan II, Barelang. 

"Kalau sempat lolos ke luar negeri, kerugian bukan saja seperti harga jual lobster itu, tapi berlipat ganda malah. Karena mereka (pelaku penyelundupan) incar bukan untuk dijual langsung, tapi untuk budidaya. Nah ini akan sangat merugikan negara. Bayangkan berapa juta lobster yang hilang kalau induk-induknya dibawa ke luar. Satu Lobster bisa hasilkan jutaan telor," tutur Akhamadon seperti dikutip dari batampos.co.id (Jawa Pos Group), Sabtu.

Untuk kepada pihak kepolisian dan petugas keamanan Bandara, Akhamdon berharap agar bisa mengusut tuntas pelaku penyelundupan aset kekayaan laut Indonesia itu. "Kalau pengusutan sudah diserahkan ke polisi. Dan kami berharap pelakunya bisa ditemukan agar semuanya lebih jelas dan bisa memberikan efek jera bagi pelaku penyelundupan lainnya," ujar Akhmadon.

Begitu juga petugas keamanan di Bandara, kedepannya diupayakan lebih teliti lagi dengan barang bawaan penumpang pesawat. "Karena ini (tangkapan terakhir) lolos dari X-ray dan ketahuan karena ditinggal pemiliknya," katanya.

Harapan ini, kata Akhmadon semata-mata untuk menjaga aset kekayaan negara. Jika satu ekor saja induk lobster, ranjung ataupun kepiting yang lolos, maka yang rugi bukan hanya negara, tapi masyarakat Indonesia seluruhnya terutama kaum nelayan. 

"Apalah arti 19 ekor lobster kalau kita melihat dari segi harganya. Tapi bukan itu maksudnya. Kalau satu ekor bertelor jutaan ekor bibit lobster jadi besarkan kerugian kita," terang Akhmadon.

Kepada masyarakat umum, Akhmadon juga menghimbau agar lebih peka dengan masalah ini. Jangan menangkap atau menjual ikan, loster, kepiting dan sejenisnya yang masih kecil ataupun sedang bertelur. 

"Ini juga demi anak cucu kita kedepannya. Sebanyak apapun aset kekayaan laut yang ada kalau tak ada upaya pelestarian lambat laun akan punah juga. Mari kita sama-sama jaga itu," tuturnya. (eja/ray/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rencana Pengadaan Fortuner untuk Dewan Bikin Panas


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler