jpnn.com - jpnn.com - Bencana longsor terjadi di seputaran Danau Batur, Kintamani, Bangli, kemarin.
Tercatat 12 korban tewas dalam musibah longsor di tiga desa di Kintamani, Bangli. 4 luka berat dan 2 luka ringan.
BACA JUGA: Tolong, 15 Longsor Timbun Rumah Warga!
Longsor yang melanda Desa Songan B, Desa Awan, dan Desa Sukawana, Kintamani, Bangli, diperkirakan terjadi hampir bersamaan antara pukul 00.00 – 01.00 Wita dini hari Jumat.
Dilaporkan, hujan lebat mengguyur kawasan tersebut sejak Kamis sore. Minimnya vegetasi di atas perbukitan di duga memicu terjadinya longsor.
Longsor terparah terjadi di Dusun Pantas Songan B, Desa Songan.
Bencana itu menelan delapan korban jiwa, enam rumah rusak berat dan sejumlah barang berharga mulai dari mobil, sepeda motor, serta isi rumah hancur berantakan.
Tanah yang longsor setinggi kurang lebih 50 meter dengan lebar kurang lebih 20 meter.
Semua korban meninggal di Desa Songan B masih satu ikatan keluarga.
Bahkan, tiga di antaranya ibu dan anak yang masih balita, yakni Ni Nengah Resmi Restiti, 34; Ni Kadek Sriasih, 3 dan Komang Agus Putra Panti, 1.
Suami Ni Nengah Resmi Restiti, I Wayan Wirtana, 39, selamat meski sempat terendam material longsor sampai leher dan tertimpa reruntuhan rumah yang hancur.
Sedangkan empat korban meninggal adalah pemilik dua rumah yang hilang disapu material longsor.
Salah satu korban, Gede Sentana ditemukan sekitar pukul 8.00 Wita setelah warga, kepolisian, TNI dan BPBD mencari korban di bawah gundukan tanah.
Sebelum bantuan datang, warga sekitar mencari para korban di tengah gelapnya malam karena listrik mati dan derasnya hujan.
“Bunyinya keras sekali, warga langsung berdatangan membantu meski takut ada longsor susulan,” kata Kepala Dusun Pantas Songan B, Putu Gede Suastika.
Sebagian anggota keluarga 5 kepala keluarga (KK) juga mengalami luka berat.
Tiga orang di antaranya dilaporkan mengalami patah tulang dan terbuka sehingga harus dirawat intensif di RSUD Bangli. Dua orang lagi mengalami luka ringan.
“Korban meninggal dan luka karena terkena material longsor dan reruntuhan bangunan,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Dewa Made Indra.
Semua korban tewas sementara masih ditempatkan di tenda darurat yang didirikan BPBD Bali di setra sekitar 3 kilometer dari lokasi longsor.
Anggota korban selamat untuk sementara masih dievakuasi di rumah-rumah warga dan saudaranya yang aman dari longsor susulan.
Korban terbanyak ada di Desa Songan B. Semua jenazah sudah dievakuasi dan korban luka sudah dibawa rumah sakit.
Kebetulan jenazah tidak langsung dimakamkan, karena menurut sima (tradisi) yang berlaku Desa Songan B, jenazah tidak boleh di rumah.
Karena itu, dipindahkan ke dekat setra sehingga jenazah perlu ditunggui keluarganya sampai hari pemakaman Senin (13/2) lusa.
Anggota keluarga yang menunggu jenazah dan korban selamat lain yang tidak memiliki tempat tinggal, pihaknya sudah bekerja sama dengan Dinas Sosial Bangli akan membantu menyiapkan tenda dan kebutuhan pangan dan sandangnya.
Menurut Dewa Made Indra, total ada tiga longsor yang ada di wilayah Kecamatan Kintamani yang menyebabkan korban jiwa.
Selain di Desa Songan B, longsor terjadi juga di Desa Awan menimpa satu rumah dengan empat orang korban jiwa.
Empat korban jiwa tewas karena tertimpa reruntuhan bangunan.
Tragisnya, saat ditemukan jenazah korban masih ada di tempat tidur.
Diduga saat itu korban sedang tertidur. Empat korban itu adalah NI Kadek Arini, ibu dari Putu Natalia, 27; Ni Putu Natalia, 10; Ni Nengah Parmini, 40, dan Nyoman Budiarta, 45.
Kemudian di Desa Sukawana, longsor menimpa sebuah rumah dan menyebabkan seorang warga tewas.
Yakni Made Kawi. Dewa Made Indra menambahkan, daerah Kintamani memang rawan longsor.
Bahkan, bencana longsor di Kintamani seperti siklus lima tahunan. Karena dulu tahun 2012 juga terjadi bencana longsor dan banjir besar di Desa Sukawana, Blandingan dan Pinggan.
Korban tewas saat itu ada 12 orang, satu di antaranya bahkan belum ditemukan hingga saat ini. Dengan tingkat kerawanan yang tinggi, BPBD Bali dan Bangli berulang kali mengeluarkan early warning kepada warga.
Hanya saja, masyarakat sudah terbiasa tinggal di daerah yang rawan bencana dengan cuaca yang sering hujan.
“Mereka juga tidak punya tempat lain sehingga bertahan di tempat ini. Itu alasan mereka,” ujar Dewa Made Indra.
Di Desa Songan B, terdapat beberapa titik rawan longsor susulan, mengingat hujan masih terjadi dan kemudian rekahan-rekahan tanah masih terlihat.
Sehingga masyarakat yang tinggal d daerah rawan longsor diimbau segera pindah ke tempat lebih aman.
Warga diminta untuk pindah ke rumah saudaranya yang aman dari tanah longsor.
Jika memang harus dibuatkan tenda, pihaknya akan membuat tenda sementara.
“Yang jelas kami mohon tidak lagi tinggal di sana (daerah rawan longsor) karena di atas masih ada rekahan tanahnya. Potensial terjadi tanah longsor,” tegasnya.
Selain bencana longsor, banjir bandang juga menerjang rumah warga Desa Songan B, Kecamatan Kintamani, Bangli.
Banjir air dan lumpur terjadi setelah hujan lebat Kamis malam hingga Jumat pagi.
Tidak ada rumah yang rusak parah akibat peristiwa itu. Namun, ratusan rumah warga terendam lumpur setinggi satu meter.
Rumah dan jalan yang masih tergenang air dan lumpur berada di bawah rumah yang diterjang longsor, sekitar dua kilometer dari lokasi longsor.
Sejumlah warga membersihkan rumah yang terendam lumpur menggunakan alat seadanya.
”Sudah biasa setiap tahun banjir,” kata Jero Mangku Sunia. Selain merendam rumah, lahan pertanian bawang warga juga rusak dan sebagian besar terendam lumpur.
Total ada dua dusun yang diterjang banjir akibat hujan lebat sejak beberapa hari terakhir ini.
Kepala BPBD Bali Dewa Made Indra mengatakan, Dusun Batur A dan Dusun Batur B, Desa Songan yang dekat Danau Batur itu setiap tahun diterjang banjir bandang.
“Banjir di tiga desa itu menjadi peristiwa tahunan,” jelasnya.
Menurutnya, ada ratusan rumah yang menjadi langganan banjir bandang. Penyebabnya, tidak ada drainase sehingga air dan lumpur mengalir di jalan dan merendam rumah warga.
Selama tidak ada drainase, maka banjir bandang akan selalu terjadi setiap musim hujan di dua dusun tersebut.
“Tidak ada drainase, tapi kalau buat drainase di mana? Jalan sempit, kanan kiri dan jalan rumah,” paparnya.
Sementara itu, dilaporkan, satu korban longsor dievakuasi ke RSUP Sanglah karena luka yang dialaminya cukup berat.
Dia adalah Wayan Selang, putra Made Kawi, korban tewas dalam insiden longsor di Banjar Pondokan Yeh Magung, Desa Sukawana.
Menurut kerabat Selang, Wayan Arya, musibah terjadi sekitar pukul 02.00. “Kejadiannya begitu cepat, saat itu semua lagi tidur,” kata Arya.
Cepatnya musibah itu tak mampu diantisipasi korban. Mereka pun tertimbun material longsor. Arya mengungkapkan, sebenarnya ada firasat sebelum kematian ayahnya.
Sempat dia mengajak ayah untuk pindah ke desa sebelah di rumah pamannya, tapi sang ayah menolak.
Dia mengetahui bencana tersebut dari keluarga ayahnya yang saat itu dihubungi melalui sambungan telepon.
“Karena pada saat kejadian saya sedang berada di rumah paman,” ungkap Arya yang ikut jadi korban dalam insiden tersebut.
Tidak hanya ayah yang menjadi korban, namun juga ibu kandungnya, Ni Wayan Swari. Hanya saja lukanya tergolong ringan.(bas/eps/uli/dre/mus/mik/JPG/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia