jpnn.com, JAKARTA - Kenaikan cadangan devisa Indonesia menjadi USD 129,2 miliar pada akhir Desember 2019, diharapkan dapat memperkuat stabilitas makroekonomi termasuk nilai tukar rupiah, di tengah semakin tingginya tekanan ekonomi eksternal - ketegangan AS-Iran.
"Lonjakan cadangan devisa tersebut tentunya mampu mendukung ketahanan sektor eksternal, serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan," kata Kepala Ahli Ekonomi PT BNI (Persero) Ryan Kiryanto dihubungi di Jakarta, Rabu (8/1).
BACA JUGA: Good News, Cadangan Devisa Indonesia Naik jadi USD 123,8 Miliar
Bank Indonesia pada Rabu ini mengumumkan cadangan devisa Indonesia akhir 2019, sebesar USD 129,2 miliar atau naik USD 2,6 miliar berbanding pada November 2019, yang sebesar USD 126,6 miliar.
Ryan mengatakan, kenaikan cadangan devisa pada Desember 2019 itu karena kenaikan penerimaan devisa migas, penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, dan penerimaan valas lainnya.
BACA JUGA: Rupiah Ditutup Melemah 22 Poin Menjadi Rp 13.900 per Dolar AS
Oleh karena itu, ujar dia, penerimaan devisa migas harus dioptimalkan melalui pemanfaatan laporan devisa hasil ekspor (DHE) ke dalam negeri.
Bank Indonesia bersama pemerintah, tambahnya, harus terus konsisten menjaga posisi cadangan devisa dalam level memadai untuk mendukung stabilitas ekonomi dan sistem keuangan, serta meyakinkan investor bahwa prospek ekonomi Indonesia ke depan tetap baik.
BACA JUGA: Wishnutama-Angela Targetkan Pariwisata Jadi Penyumbang Devisa Terbesar
Ryan mengatakan cadangan devisa yang selalu memadai juga akan mendongkrak kepercayaan pelaku pasar sehingga membantu arah pergerakan nilai tukar yang terus terapresiasi terhadap dolar AS di sepanjang 2020 ini.
"Kita patut apresiasi upaya BI dan pemerintah untuk menjaga posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2019," ujar Ryan.
Adapun, Iran telah membalas serangan AS dengan mengirimkan belasan roket ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Irak. Aksi itu sebagai balasan atas serangan militer AS yang menewaskan Petinggi Militer Iran Qasem Soleiman.
Sejalan dengan ketegangan geopolitik di Timur Tengah itu, Harga minyak melonjak pada perdagangan Rabu (8/1) pagi. Pasar keuangan global juga merespon dengan ditinggalkannya aset-aset berisiko dengan pelarian arus modal ke aset-aset keuangan yang dinilai aman. (antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha