JAKARTA - Lonjakan harga sejumlah bahan pangan yang terjadi akhir-akhir ini sebetulnya bisa diselesaikan hanya dalam tempo dua minggu. Syaratnya, pemerintah harus mengurus negara dengan hati dan dengan garis keberpihakan kepada rakyat yang kuat. Sayangnya, yang terjadi sebaliknya, pengelola negara terjebak oleh kelompok kepentingan (vested interests), sehingga tidak berani mengambil kebijakan terobosan yang menguntungkan rakyat.
“Jika konflik kepentingan yang dikedepankan, maka negara akan masuk lingkaran tiada ujung yang merugikan rakyat. Orang Jawa bilang, masalahnya mbulet pada soal-soal yang sama selama belasan tahun bahkan puluhan tahun. Contohnya kebijakan di bidang pangan yang selama ini terus diserahkan pada sistem kartel,” kata mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli, di Jakarta, Sabtu (6/7).
Menurut Capres paling reformis versi Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini, lonjakan dan tingginya harga yang terjadi pada daging sapi, bawang, gula, kedelai, dan bahan pangan lain disebabkan terjadinya kongkalikong antara penguasa korup dan kartel importir. Sistem kuota impor yang diterapkan menunjukkan adanya persekongkolan busuk tersebut. Mereka menentukan harga dengan keuntungan yang sangat tinggi.
“Sistem kartel menyebabkan harga gula pasir, daging sapi, kedelai dan komoditi pangan lainnya di Indonesia nyaris dua kali lebih mahal dibandingkan harga internasional. Para pemain kartel itu menggunakan sebagian keuntungannya yang sangat besar itu untuk menyogok para pejabat dan membiayai partai-partai korup. Ini semua terjadi karena pejabat tidak mengurus negara berdasarkan keberpihakan kepada rakyat. Mereka telah buta mata hatinya,” ujar Ketua Umum Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP).
Lebih lanjut Ramli menegaskan, ada hubungan sangat kuat antara keberpihakan dan ideologi. Keberpihakan Gus Dur yang sangat kuat terhadap rakyat adalah refleksi idiologis Gus Dur yang kerakyatan dan cinta keadilan.
Sehubungan dengan itu, dia mengajak semua pihak yang benar-benar menginginkan perubahan untuk merapatkan barisan.
"Jumlah kita memang kalah jauh dibandingkan dengan orang-orang yang hanya berorientasi pada pragmatisme, harta dan kekuasaan. Namun jika hati semua sudah menyatu (conspiration of the hearts) pasti perubahan akan terjadi untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik dan rakyat akan lebih sejahtera," harap Rizal Ramli. (fas/jpnn)
“Jika konflik kepentingan yang dikedepankan, maka negara akan masuk lingkaran tiada ujung yang merugikan rakyat. Orang Jawa bilang, masalahnya mbulet pada soal-soal yang sama selama belasan tahun bahkan puluhan tahun. Contohnya kebijakan di bidang pangan yang selama ini terus diserahkan pada sistem kartel,” kata mantan Menko Perekonomian Rizal Ramli, di Jakarta, Sabtu (6/7).
Menurut Capres paling reformis versi Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini, lonjakan dan tingginya harga yang terjadi pada daging sapi, bawang, gula, kedelai, dan bahan pangan lain disebabkan terjadinya kongkalikong antara penguasa korup dan kartel importir. Sistem kuota impor yang diterapkan menunjukkan adanya persekongkolan busuk tersebut. Mereka menentukan harga dengan keuntungan yang sangat tinggi.
“Sistem kartel menyebabkan harga gula pasir, daging sapi, kedelai dan komoditi pangan lainnya di Indonesia nyaris dua kali lebih mahal dibandingkan harga internasional. Para pemain kartel itu menggunakan sebagian keuntungannya yang sangat besar itu untuk menyogok para pejabat dan membiayai partai-partai korup. Ini semua terjadi karena pejabat tidak mengurus negara berdasarkan keberpihakan kepada rakyat. Mereka telah buta mata hatinya,” ujar Ketua Umum Aliansi Rakyat untuk Perubahan (ARUP).
Lebih lanjut Ramli menegaskan, ada hubungan sangat kuat antara keberpihakan dan ideologi. Keberpihakan Gus Dur yang sangat kuat terhadap rakyat adalah refleksi idiologis Gus Dur yang kerakyatan dan cinta keadilan.
Sehubungan dengan itu, dia mengajak semua pihak yang benar-benar menginginkan perubahan untuk merapatkan barisan.
"Jumlah kita memang kalah jauh dibandingkan dengan orang-orang yang hanya berorientasi pada pragmatisme, harta dan kekuasaan. Namun jika hati semua sudah menyatu (conspiration of the hearts) pasti perubahan akan terjadi untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik dan rakyat akan lebih sejahtera," harap Rizal Ramli. (fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... RI-Australia Kerjasama soal Sapi
Redaktur : Tim Redaksi