jpnn.com, JAKARTA - Perubahan iklim telah mengakibatkan berbagai dampak negatif terhadap ekosistem dan kehidupan manusia.
Salah satu isu yang jarang mendapat perhatian ialah penurunan muka tanah dan kenaikan air laut yang akan mempercepat tenggelamnya sejumlah titik di Jakarta.
BACA JUGA: LPBI NU DKI Jakarta Dorong Budaya Sadar Lingkungan di Ibu Kota
Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PWNU DKI Jakarta Laode Kamaludin mengatakan proyeksi terendamnya beberapa lokasi di ibu kota terjadi akibat tiga faktor utama, yakni perubahan iklim yang mengarah pada kenaikan muka air laut, laju penurunan muka tanah (land subsidence), dan penggunaan air tanah secara masif.
“Jika proyeksi hanya difokuskan pada akibat perubahan iklim semata, maka dampak yang dihasilkannya tidaklah terlalu berat. Tetapi, jika dua faktor itu bergabung menjadi satu dan berlangsung bersamaan dan terus-menerus maka akan memberikan dampak yang sangat serius. Ini bukan main-main,” kata Kamal.
BACA JUGA: Mayjen TNI Gabriel Lema: Saya jadi Begini karena Makan Beras Polisi
Dia mengingatkan dampak serius perubahan iklim tersebut mesti lekas ditanggapi dan ditanggulangi oleh semua elemen.
Kamal menekankan itu karena melihat belum kompaknya pemangku kepentingan di pusat dan di DKI Jakarta soal bagaimana menanggulangi dampak tersebut.
BACA JUGA: Kecelakaan Mengerikan di Tol Cipali, Mobil Terbakar, 3 Orang Tewas
“Kementerian PU merekomendasikan agar mengurangi penggunaan air tanah di Jakarta. Tetapi, stakeholder Pemprov DKI sepertinya masih keberatan. Jika hal semacam ini tidak diselesaikan, jelas tidak ada titik temu untuk menanggulangi ancaman Jakarta tenggelam,” ungkapnya.
Sebagai langkah antisipatif, LPBI NU Jakarta juga memperingatkan kepada pemilik apartemen serta gedung-gedung dan mal-mal di Jakarta yang masih menggunakan sumur tanah untuk beralih ke jaringan air PAM.
“Ini penting, karena penggunaan air tanah secara masif oleh apartemen-apartemen di Jakarta turut menyumbang turunnya muka tanah di Jakarta,” tegas Kamal.
Menyikapi permasalahan itu, Kamal menyerukan kepada para pemilik apartemen dan mal serta gedung-gedung di ibu kota untuk menghentikan penggunaan air tanah.
Dia juga meminta gubernur dan wakil gubernur Jakarta segera menindak tegas gedung-gedung yang masih menggunakan air tanah, mengingat agenda besar G20 ialah tentang isu lingkungan dan perubahan iklim di mana Indonesia menjadi tuan rumah.
"LPBI NU akan mengundang para pemilik apartemen dan mal serta gedung dan ruko dan pemprov DKI Jakarta dalam diskusi mencari solusi persoalan penggunaan air tanah," ujar Kamal. (rhs/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 173.845 Guru Lulus PG PPPK 2021 Bakal Tidak Terakomodasi Seluruhnya, Astagfirullah
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti