Luar Biasa! Inovasi Kilang Badak LNG di Bontang Bisa Menekan Impor LPG

Selasa, 06 Desember 2022 – 20:37 WIB
Pertamina menghadirkan inovasi baru LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur yang dapat meningkatkan produksi LPG. Foto: Dokumentasi Humas Pertamina

jpnn.com, BONTANG - Komitmen Pertamina memperkuat infrastruktur gas kembali diwujudkan dengan hadirnya inovasi baru LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang, Kalimantan Timur.

Teknologi tersebut dapat meningkatkan produksi LPG untuk wilayah Bontang hingga 323 persen sebesar 603 meter kubik per hari.

BACA JUGA: Pertamina Hulu Energi Gelar Trauma Healing untuk Warga Terdampak Gempa Cianjur

LPG Booster System ini telah mulai beroperasi sejak Desember 2021, dan hingga Oktober 2022 telah melakukan tiga kali pengapalan.

Rencananya dalam Desember ini akan dua kali pengapalan.

BACA JUGA: PT Pertamina International Shipping dan NYK Berkolaborasi, Siap Gempur Pasar LNG Internasional

Diproyeksi terdapat penambahan produksi LPG sebesar 1,56 juta meter kubik atau 780.000 metrik ton selama periode 2022-2027.

“Penemuan teknologi ini, dengan inovasi ini memberikan harapan bahwa Indonesia bisa menghasilkan tambahan produksi LPG nasional, yang secara otomatis dapat mengurangi impor LPG. Ini akan memperkuat ketahanan energi nasional,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dalam acara peluncuran LPG Booster System di Kilang LNG Badak di Bontang, Selasa (6/12).

Pertamina memiliki potensi yang bisa dikembangkan, inilah yang dilanjutkan PT Badak ke depan.

"Kami meyakini bahwa gas menjadi energi transisi dan Pertamina telah anggarkan 60 persen investasi untuk di hulu," ungkap Nicke.

Lebih lanjut Nicke menguraikan, dunia menghadapi ancaman perubahan iklim yang membahayakan generasi mendatang karena penggunaan energi berkontribusi hingga 55,5 persen terhadap gas rumah kaca.

Di tengah terjadinya perubahan iklim global, gas merupakan sebagai energi transisi penting bagi masa depan.

Menurut Nicke, sebagian besar negara masih menggunakan energi fosil, termasuk Indonesia.

Menyadari hal tersebut, semua negara bersepakat melakukan perubahan, dari penggunaan energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT).

Namun hal tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena konsumsi energi terus meningkatnya tajam.

“Efisiensi atau mengurangi penggunaan energi secara cermat dan hemat ini bisa memberikan kontribusi pada penurunan karbon emisi,” imbuh Nicke.

Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Wiko Migantoro menambahkan sebagai subholding yang bergerak di sektor hulu, PHE memiliki sumber gas yang diperkirakan pada 2028 menjadi oil.

Bahkan beberapa potensi masih akan dilakukan monetize, mengingat di Kalimantan Tengah terdapat banyak Kanai dan IDD.

Di wilayah kerja Mahakam juga telah ada blok eksplorasi yang diharapkan pada 2031 sudah menghasilkan produksi.

Wiko menyebutkan PT Badak NGL memiliki competitive advantage dengan memulai bisnis downstream yang bekerja sama dengan Subholding Gas menjadi pelopor Small Scale Energy.

Di dunia, Indonesia termasuk negara besar untuk suplai small scale energy di kepulauan.

PT Badak telah mengirimkan banyak energi dalam bentuk isotank ke Sulawesi, Sumbawa, Maluku, Jawa Timur dan wilayah lainnya.

“Khusus untuk LPG booster system ini, menunjukkan bahwa teman-teman di badak tidak bekerja biasa-biasa saja,” kata Wiko.

Pada kesempatan yang sama Wakil Wali Kota Bontang Hj Najirah menyampaikan harapannya bahwa dengan diresmikannya proyek LPG Production Booster System dapat memberikan manfaat strategis, baik bagi PT Badak LNG maupun Pemkot Bontang dalam mengurangi kebutuhan LPG impor.

“Ke depannya, inovasi terbaru yang diluncurkan oleh PT Badak LNG ini diharapkan dapat turut mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, utamanya UMKM untuk mewujudkan kota Bontang yang hebat dan beradab,” hara Wabup Najirah. (mrk/jpnn)


Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Sutresno Wahyudi, Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler