jpnn.com, JAKARTA - Pesantren merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang berorientasi pendalaman ilmu agama (tafaqquh fiddin), yang meliputi akidah, pendidikan akhlak dan hukum fikih.
Pesantren menitikberatkan pendidikan agama dan akhlakul karimah yang memuat bagaimana hukum bersuci, salat, sertaadab, tatakramanya.
BACA JUGA: Tanggapi Video Ciuman Okin dengan Adhisty Zara, Rachel Vennya Berpesan Begini
Bukan diajari untuk mencari pekerjaan dan gaji melangit.
Bahkan dalam level lebih tinggi, santri dididik untuk membersihkan hati yang kotor, menundukkan keinginan duniawi yang membutakan hati, sehingga mereka tumbuh menjadi sosok yang ikhlas, sabar, pemaaf, tawaduk.
BACA JUGA: Sudah Banyak Minum Air Putih Tetapi Kencing Sedikit? Waspada, Tanda ada Masalah!
Lalu apakah lulusan santri bisa mendapatkan pekerjaan dan gaji yang layak?
Selama di pesantren, santri tidak diperkenalkan dunia bisnis, cara mencari uang maupun bekerja profesional.
BACA JUGA: Jordi Onsu Hadir dan Dapat Suapan Pertama Kue Ultah dari Ayu Ting Ting, Resmi Jadian?
Mereka hanya diperintahkan untuk fokus belajar, mengaji, tidak yang lain.
Meminjam perkataan sebagian orang tua: "ojok mikir nyambut gawe, fokus mondok ae".
Perkataan ini tidak sepenuhnya salah, sebab untuk menghasilkan santri yang berkualitas harus ditunjang dengan ketekunan, rajin belajar dan konsentrasi yang tinggi.
Merespons persoalan di atas, maka jawabannya ada tiga tawaran solusi; menjadi pengajar, pengusaha, melanjutkan studi.
Masing-masing memiliki orientasi dan target yang berbeda.
1. Sebagai pengajar, maka orientasinya adalah khidmah, pengabdian.
Targetnya adalah untuk mencerdaskan kader muda atau junior-juniornya di bidang agama.
Poin ini mengedepankan keikhlasan, kesabaran, neriman, diberi berapapun legowo karena memang tidak mengharap imbalan.
Hal ini berpedoman dari ayat Al-Quran:
Dan sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.
2. Sebagai pengusaha, maka orientasinya inovatif, proaktif dan berani mengambil resiko.
Targetnya adalah meraih keuntungan dan harus belajar menguasai lika-liku dunia usaha, misal bertani, berdagang, desain, menjahit, marketing, beternak, memasak, konveksi dan lain-lain.
Poin ini bisa dipersiapkan dengan cara mengadakan pelatihan wirausaha (enterpreuner), yang dibimbing oleh para profesional maupun pakar dari alumni yang telah sukses sebagai motivasi dan bekal untuk santri yang akan boyong.
Harapannya agar saat mereka terjun di masyarakat sudah memiliki bekal dan wawasan tentang kewirausahaan, sehingga membentuk kepercayaan diri (confidence) untuk bekerja.
Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS At-Taubah: 105).
Imam Al-Syafii juga menegaskan:
Barang siapa menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu dan barang siapa yang ingin kebahagian akhirat, tuntutlah ilmu dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, tuntutlah ilmu.
3. Melanjutkan studi alias belajar lagi.
Artinya pendalaman dengan mondok lagi atau lanjut ke bangku kuliah yang sesuai dengan bidangnya, sehingga akan memperkuat spesialisasi yang dikuasainya.
Misal, lulusan pesantren di bidang fikih, maka bisa dilanjutkan ke jenjang S2-S3 fakultas Syariah di UIN, Al-Azhar atau jika tertarik di bidang Sosiologi, maka bisa melanjutkan ke universitas Oxford, McGill, Harvard.
Tak jarang akhirnya mereka menjadi asisten profesor di luar negeri.
Sesuai syiiran Al-Syafii: Kecerdasan, kemauan, sabar, biaya, bimbingan guru dan waktu yang lama.
Dari ketiga tawaran solusi ini diharapkan bisa mengurai kemasygulan wali santri seputar anak yang tamat mondok akan bekerja apa dan digaji berapa.
Meski pada kenyataannya banyak pula para santri yang sukses meniti karir menjadi pejabat publik, aparat negara, politisi, kontraktor, makelar.
Oleh karena itu, dunia pendidikan pesantren dan dunia kerja tidak seharusnya dibenturkan, melainkan harus dipertemukan untuk saling melengkapi.(jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur & Reporter : Yessy Artada