Luncurkan Islamic Law Firm, Yenny Wahid Ciptakan Ekosistem Islam Modern

Sabtu, 26 Oktober 2019 – 11:44 WIB
Board of Advisor Islamic Law Firm (ILF) Zannuba Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid saat peluncuran ILF di Jakarta, Jumat (25/10/2019). Foto: Humas ILF

jpnn.com, JAKARTA - Islamic Law Firm (ILF) adalah sebuah firma hukum yang sengaja didirikan dengan visi ke depan. Tidak sebatas untuk menghadapi era revolusi industri 4.0. ILF juga telah mempersiapkan diri guna menghadapi era Society 5.0.

ILF berusaha menegaskan posisinya untuk turut mengambil peran dalam era super-pintar itu. Sebuah era yang dalam proses pengembangan dan penerapan high tech, tetap menggunakan pendekatan “human-focused”.

BACA JUGA: Yenny Wahid Ingatkan NU Tidak Minta Jatah Menteri, PBNU: Kami Biasa Saja

Bahwa, teknologi apapun harus senantiasa menempatkan manusia sebagai pengendali sekaligus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kebaikan manusia.

Salah satu inovasi yang dihadirkan ILF terkait hal tersebut adalah ADILah. ADILah siap memberikan konsultasi hukum gratis yang dapat diakses di mana dan kapan saja dengan mobile apps, termasuk pula lewat mesin DAV. DAV adalah terobosan yang menggabungkan teknologi interaktif terbaru seperti augmented reality (AR), kecerdasan buatan (AI), dan virtual reality (VR).

”ILF ini sekaligus upaya kami menciptakan ekosistem Islam modern hari ini dan di kemudian hari,” ungkap Board of Advisor ILF Zannuba Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid saat meuncurkan ILF di Jakarta, Jumat (25/10/2019).

Sebagai law firm berbasis Islam, Yenny menegaskan, ILF harus turut menampilkan wajah Islam sebagai agama kemajuan dan keunggulan. Karena hanya dengan begitu, ILF akan bisa secara optimal mengambil peran dalam upaya menuju semangat kebangkitan umat.

Indonesia, sebagaimana diketahui bersama, memiliki lebih dari 15.000 pulau yang terpisah jarak. Hal ini membuat pemerataan akses masih menjadi kendala hingga hari ini. Salah satunya akses terhadap hukum yang belum merata.

Dari fakta dan kondisi itulah, ILF akan berusaha tampil menjadi jawaban. Semua orang sama di hadapan hukum, dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi apapun.

Sesuai peran yang dimiliki, ILF nantinya siap memberikan layanan jasa hukum, baik litigasi maupun non litigasi. Dalam bidang litigasi, ILF dapat membantu berbagai penanganan perkara dengan memuat perspektif syariah Islam.?
Semisal kasus perceraian, hak asuh anak, pembagian harta gono-gini, penyelesaian sengketa waris, penanganan korban KDRT, penyelesaian sengketa arbitrase, kepailitan, KPPU, sengketa pajak, PHI, dan lain sebagainya. 

Sedangkan dalam bidang non-litigasi, ILF juga siap memberikan berbagai jasa hukum. Seperti pembuatan kontrak bisnis berbasis syariah, konsultasi hukum pasar modal syariah, akuisisi dan merger, penanganan perkara asuransi dan reasuransi syariah, hingga penyelesaian hutang piutang berbasis syariah. Termasuk, ILF juga siap memberikan jasa pengurusan perijinan seperti Fintech Syariah, HAKI, labelisasi halal MUI, audit legal, dan lain sebagainya. ?

Menurut Yenny, dengan melibatkan para ulama yang kompeten di bidang syariah Islam, tim hukum ILF berkomitmen dengan sungguh-sungguh membantu para pelaku bisnis. Mulai dari mendampingi, melindungi, hingga memastikan aktivitas bisnis syariah yang dijalankan sesuai dengan koridor syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Termasuk, minim risiko hukum.

Akselerasi Iklim Investasi

Menurut Yenny, berbagai layanan jasa hukum yang dihadirkan ILF tersebut pada akhirnya juga berimbas pada perekonomian di Indonesia secara umum. Iklim investasi diharapkan menjadi positif.

"Pelaku bisnis, terutama investor asing, tidak akan ragu-ragu lagi menanamkan modalnya di Indonesia. Pendampingan, perlindungan, dan guidance yang dihadirkan ILF akan menghapus kesan, bahwa iklim investasi di Indonesia itu beresiko dan rumit," kaa putri Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu.

Mengacu laporan Bank Dunia berjudul ”Global Economic Risk and Implication for Indonesia”, September 2019, iklim investasi di negara berpenduduk terbesar ke-4 di dunia ini masih mendapat nilai minus. Selain tak kompetitif, investasi di Indonesia masih dianggap berisiko dan rumit.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler