Macron Klaim Prancis Telah Melewati Puncak Kerusuhan

Rabu, 05 Juli 2023 – 18:20 WIB
Demonstran dikejar-kejar aparat kepolisian dalam kerusuhan di Kota Caen, Prancis, Jumat (30/6). Prancis dilanda gelombang protes setelah petugas polisi menembak mati remaja berusia 17 tahun bernama Nahel di Nanterre, pinggiran kota Paris pada Selasa (27/6) lalu. Foto: LOU BENOIST / AFP

jpnn.com, PRANCIS - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa puncak demonstrasi yang dipicu pembunuhan seorang remaja keturunan Afrika Utara oleh polisi, telah berlalu.

"Kita harus mulai memulihkan tatanan yang berkelanjutan sebagai prioritas mutlak kita," kata Macron kepada 241 wali kota yang berkumpul di Istana Elysee, Paris, seperti dilaporkan BFMTV pada Selasa (4/7).

BACA JUGA: Presiden Prancis Emmanuel Macron Tiba-Tiba Berjalan Kaki, Irjen Putu Beraksi, Lihat

Macron menuturkan bahwa dirinya akan tetap waspada selama beberapa hari dan minggu berikutnya, tetapi menegaskan bahwa puncak demonstrasi telah berlalu.

Polisi Prancis kembali menangkap 72 orang pada Senin malam (3/7) selama gerakan protes nasional atas tewasnya seorang remaja berusia 17 tahun akibat tembakan fatal polisi pekan lalu.

BACA JUGA: Presiden Prancis Macron Janjikan Rp 167 M untuk Negara Islam Ini

Menurut angka Kementerian Dalam Negeri Prancis yang diberikan kepada harian Le Figaro, sejak 27 Juni 2023 polisi menangkap total 3.846 orang, dan hampir 5.900 kendaraan serta 1.105 bangunan dibakar di seluruh negeri.

Lebih dari 260 kantor polisi juga menjadi sasaran massa dan 808 petugas penegak hukum terluka sejak awal protes.

BACA JUGA: Macron Tegaskan Komitmen Prancis terhadap Satu China

Protes telah mengguncang Prancis sejak 27 Juni 2023, ketika seorang petugas polisi menembak mati Nahel M, remaja keturunan Aljazair saat melakukan pemeriksaan lalu lintas di Kota Nanterre setelah dia diduga mengabaikan perintah untuk berhenti.

Petugas yang melepaskan tembakan menghadapi penyelidikan formal atas pembunuhan dan telah ditempatkan di bawah penahanan awal.

Protes dimulai di Nanterre dan menyebar ke kota-kota lain pada malam berikutnya, termasuk Lyon, Toulouse, Lille, dan Marseille.

Ketegangan meningkat menyusul bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.

Geoffroy Roux de Bezieux, ketua jaringan bisnis dan pengusaha Gerakan Perusahaan Prancis (MEDEF), mengatakan bahwa lebih dari 200 toko telah dijarah dan 300 cabang bank dihancurkan sejak protes dimulai, menurut laporan harian Le Parisien.

Meskipun masih terlalu dini untuk menyebut angka secara pasti, tetapi dia memperkirakan lebih dari satu miliar euro (sekitar Rp16,7 triliun) kerugian akibat demonstrasi besar-besaran itu.

"Video yang beredar di media sosial merusak citra Prancis," kata dia dalam sebuah wawancara.

Menteri Pendidikan Prancis Pap Ndiaye mengatakan kepada RTL pada Selasa bahwa 243 gedung sekolah juga rusak selama protes, termasuk puluhan bangunan yang hancur atau hancur sebagian.

Dia juga menyebutkan kerugian sekitar puluhan juta euro, dan menekankan bahwa negara akan memberikan dukungan yang diperlukan kepada otoritas lokal. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler