jpnn.com, BANDUNG - Mahasiswa STMIK AMIKBandung berhasil mengembangkan teknologi penyiraman tanaman berbasis Internet of Think (IoT), yang bisa dikendalikan dari jarak jauh lewat gawai.
Teknologi ini telah diaplikasikan ke areal pertanian secara real dan terbukti mampu menekan potensi kerugian petani.
BACA JUGA: Siap Sukseskan MotoGP Mandalika 2023, InJourney Bocorkan Sejumlah Persiapan
Rizal, mahasiswa yang mengembangkan teknologi penyiraman tanaman ini mengatakan, apa yang dikerjakannya memang bukan yang pertama di Indonesia.
Meski begitu, dia menjadikan teknologi ini semakin sempurna untuk dimanfaatkan.
BACA JUGA: Cegah Misinformasi Produk Tembakau Alternatif, AKVINDO Berharap Pemerintah Berpartisipasi
“Saya menambahkan adanya pengukur kelembaban tanah dan suhu areal persawahan, sehingga penggunaan air lebih efisien,” ujar Rizal.
Selain menjadikan penggunaan air lebih efisien, dipasangnya pengukur kelembaban tanah dan suhu areal persawahan menjadikan teknologi penyiraman tanaman ini mampu menekan potensi kerugian petani.
BACA JUGA: Modernland Realty Dapat Penghargaan Marketing Award 2023
Pemberian air yang tepat secara waktu dan ukuran kebutuhannya menjadikan tanaman tidak mudah diserang hama atau mati sebelum tumbuh.
Teknologi itu sudah diaplikasikan di kawasan pertanian cabe di Garut, Jawa Barat.
“(Tanaman) cabe itu sangat mudah mati di awal penanaman. Tapi dengan pemberian air yang tepat, baik jumlahnya maupun waktunya, terbukti yang di Garut tidak mudah mati,” ungkapnya.
Ali Suryaperdana Agus, dosen Augmented Reality di prodi Teknologi Informasi STMIK AMIKBandung, mengatakan teknologi yang dikembangkan mahasiswanya bisa diaplikasikan secara lebih luas dengan dukungan Pemerintah.
Meski demikian diakuinya masih diperlukan edukasi lebih dalam ke kalangan petani karena kondisi gagap teknologi yang ada di sebagian besar petani di Indonesia.
“Jika edukasinya berjalan baik dan petani bisa mengaplikasikan teknologi ini, kerja mereka lebih efisien seperti di Jepang. Penyiraman tanaman bisa dikontrol jarak jauh sehingga petani memiliki waktu lebih banyak untuk aktifitas pertanian lainnya,” kata Ali.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada