jpnn.com, JAKARTA - Analis Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta Adi Prayitno meminta mahasiswa tidak alergi bila disebut demo 23-24 September ada yang mensponsori. Sebab, tidak mungkin kampus menyediakan anggaran sewa bus, metromini, kopaja, dan angkot untuk aksi mahasiswa.
"Enggak usah cengeng dan baper kalau dibilang aksi mahasiswa ada yang sponsori. Bilang saja iya, tapi pesan sponsor untuk perbaikan bangsa ini. Bukan untuk menjatuhkan siapa-siapa," kata Adi dalam diskusi Trijaya di D'consulate, Jakarta, Sabtu (28/9).
BACA JUGA: BEM Jakarta Akui Demo Mahasiswa Mendapat Bantuan dari Senior
Meski ada yang mensponsori, lanjutnya, mahasiswa harus steril dan tetap pada substansi perjuangan. Kalau saat ini aksinya fokus pada UU KPK dan RKUHP, berikutnya angkat isu lain.
Menurut Adi, ada banyak masalah bangsa yang harus dikritisi dan diperjuangkan mahasiswa lewat parlemen jalanan. "Mahasiswa jangan hanya berhenti pada demo KPK dan RKUHP, tetapi harus terus-menerus," ungkapnya.
BACA JUGA: Ketum PB HMI: Mahasiswa Jangan Hanya Demo Satu Dua Kali!
Irfan Aulia, pakar psikolog politik mengapresiasi aksi mahasiswa meski isu yang diperjuangkan campur aduk seperti 'gado-gado'. Dia menilai aksi mahasiswa yang diikuti para pelajar sebagai momentum meluapkan kemarahan.
"Tadinya saya berpikir mahasiswa era milenial tidak peduli dengan masalah di sekitarnya. Namun, kemunculan mereka pada 23-24 September mementahkan itu. Ini harus diberikan apresiasi," ujarnya.
Dia menyarankan, mahasiswa jangan berhenti demo. Demo merupakan salah satu cara mahasiwa mengkritik pemerintah dan DPR RI.
"Kalau demo mahasiswa menyuarakan aspirasi rakyat, saya yakin akan dapat dukungan penuh masyarakat. Makanya jangan hanya KPK dan KUHP yang diperjuangkan. Ada banyak masalah yang layak disuarakan mahasiswa," tandasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad