BOGOR-Tidak semua orang setuju jika Valentine's Day, dirayakan juga di Indonesia, khususnya Bogor. Kemarin, mahasiswa yang tergabung dalam Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) Kota Bogor, menolak perayaan hari kasih sayang.
Penolakan itu dilakukan mahasiswa dengan melakukan aksi damai di Tugu Kujang. Menurut mahasiswa, kasih sayang itu kerap dijadikan sebagai ajang maksiat atau seks bebas dengan dalih sebagai ungkapan kasih sayang.
“Hari valentine, hari maksiat. Karena tidak sesuai dengan ajaran Islam dan keluar dari nilai Islam,” ujar Ketua BKLDK, Sandi Nopiandi, kemarin.
Sandi mengungkapkan, perayaan valentine pun seringkali dibarengi dengan kegiatan maksiat. Di antaranya pergaulan atau seks bebas, pacaran hingga mengonsumsi minuman keras (miras) dan narkoba. “Dalihnya sebagai ungkapkan rasa kasih sayang, padahal di balik itu ujung-ujungnya maksiat,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Sandi mendesak Pemkot Bogor melarang kegiatan perayaan valentine. Namun, jika pemkot membiarkan, Sandi menilai pemerintah telah membiarkan moral anak bangsa rusak.
Irma Hanifah, anggota BKLDK menambahkan jika seks bebas di Indonesia semakin menggila dan hari valentine seringkali dianggap sebagai penghalalan seks bebas.
“Padahal yang kita tahu mayoritas penduduk kita beragama Islam. Setiap perayaan itu kerap dijadikan seks bebas dan itu dilarang oleh agama. Maka dari itu kami menolak perayaan produk dari budaya Barat ini,” ungkap Irma.
Selain itu, budaya dari barat ini dinilai tak sesuai dengan adat timur Indonesia yang mengutamakan sopan-santun. Sebelum melakukan aksinya di Tugu Kujang, ratusan mahasiswa melakukan aksi long march.
Mereka juga membawa berbagai poster dan spanduk serta membagikan berbagai selebaran yang menolak peringatan hari kasih sayang itu kepada para mahasiswa serta pengguna jalan yang melintas di sekitar Tugu Kujang. (bac)
Penolakan itu dilakukan mahasiswa dengan melakukan aksi damai di Tugu Kujang. Menurut mahasiswa, kasih sayang itu kerap dijadikan sebagai ajang maksiat atau seks bebas dengan dalih sebagai ungkapan kasih sayang.
“Hari valentine, hari maksiat. Karena tidak sesuai dengan ajaran Islam dan keluar dari nilai Islam,” ujar Ketua BKLDK, Sandi Nopiandi, kemarin.
Sandi mengungkapkan, perayaan valentine pun seringkali dibarengi dengan kegiatan maksiat. Di antaranya pergaulan atau seks bebas, pacaran hingga mengonsumsi minuman keras (miras) dan narkoba. “Dalihnya sebagai ungkapkan rasa kasih sayang, padahal di balik itu ujung-ujungnya maksiat,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Sandi mendesak Pemkot Bogor melarang kegiatan perayaan valentine. Namun, jika pemkot membiarkan, Sandi menilai pemerintah telah membiarkan moral anak bangsa rusak.
Irma Hanifah, anggota BKLDK menambahkan jika seks bebas di Indonesia semakin menggila dan hari valentine seringkali dianggap sebagai penghalalan seks bebas.
“Padahal yang kita tahu mayoritas penduduk kita beragama Islam. Setiap perayaan itu kerap dijadikan seks bebas dan itu dilarang oleh agama. Maka dari itu kami menolak perayaan produk dari budaya Barat ini,” ungkap Irma.
Selain itu, budaya dari barat ini dinilai tak sesuai dengan adat timur Indonesia yang mengutamakan sopan-santun. Sebelum melakukan aksinya di Tugu Kujang, ratusan mahasiswa melakukan aksi long march.
Mereka juga membawa berbagai poster dan spanduk serta membagikan berbagai selebaran yang menolak peringatan hari kasih sayang itu kepada para mahasiswa serta pengguna jalan yang melintas di sekitar Tugu Kujang. (bac)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pastikan Anggota Konsorsium Jakarta Monorail Berduit
Redaktur : Tim Redaksi