Mahasiswa Pengaku Berkelamin Netral Tak Lebih Cari Panggung LGBT yang Sebenarnya Antisains

Selasa, 23 Agustus 2022 – 10:17 WIB
Mahasiswa Unhas yang viral di sosial media. Foto: Tangkap layar video di grup WhatsApp info Unhas

jpnn.com, MAKASSAR - Direktur the Center for Gender Studies dan Peniliti di Insists Jakarta dr Dinar Dewi Kania menilai mahasiswa baru (maba) Universitas Hasanuddin (Unhas) bernama M. Nabil Arif yang diusir karena mengaku berjenis kelamin netral sebenarnya tak memahami maksud ucapannya.

Dinar menganggap mahasiswa itu hanya termakan doktrin atas klaim gender netral dan mencari dukungan LGBT.

BACA JUGA: Jawaban Kamaruddin Soal Isu LGBT dalam Kasus Pembunuhan Brigadir J

Hal itu disampaikan Dinar menanggapi peristiwa pengusiran Nabil yang mendadak viral di sosial media.

Dalam video yang berdurasi satu menit lebih, Nabil diusir oleh pimpinan kampus lantaran mengaku gender netral.

BACA JUGA: Warga Bersuara Lantang Tolak LGBT di Citayam Fashion Week saat Pawai Obor, Lihat

Nabil menyebut dirinya bukan laki-laki ataupun perempuan. Dia berada di tengah-tengah.

Dinar menilai mahasiswa itu tengah membawa salah satu misi dari lesbi, gay, biseksual, transgender (LGBT).

BACA JUGA: Ada Perilaku Menjurus Promosi LGBT di Citayam Fashion Week, MUI Minta Pemerintah Bertindak

"Dia berbicara soal identitas gender yang fluid, pendapat ini sebenarnya antisains dan lebih kepada doktrin karena mereka menganggap gender dan bahkan jenis kelamin adalah konstruksi sosial," kata Dinar Dewi Kania kepada JPNN.com, Senin (22/8).

Dinar Dewi Kania menjelaskan persoalan ini ada hubungannya dengan pengaruh filsafat postmodern di barat yang diartikulasikan menjadi aktivisme, di mana mereka berpendapat tidak ada kebenaran yang absolut.

Postmodern yang berubah menjadi gerakan, kemudian mempengaruhi pop culture.

Kemudian fokus mereka akhirnya mengerucut terkait isu seksualitas dan gender yang di dalamnya adalah normalisasi terkait LGBT.

"Pemikiran semacam ini akhirnya dikonsumsi tanpa kritis, oleh generasi muda melalui media sosial ataupun media lainnya," tambahnya.

Salain itu, Dinar Dewi Kania menilai jawaban mahasiswa tersebut bukan biasa.

Mahasiswa itu tengah mencari dukungan di sosial media.

"Jawaban mahasiswa tersebut tidak biasa. Respons setelah ditegur, ia justru mengunggah kata-kata kasar di medsos dan mencari dukungan, alih-alih melakukan instropeksi diri," terangnya.

Sekadar diketahui, hingga saat ini dosen dan mahasiswa tersebut sudah bertemu. Mereka sudah sepakat menuntaskan masalah yang viral itu. (mcr29/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... JMM Mengingatkan Citayam Fashion Week Jangan Sampai Jadi Promosi LGBT


Redaktur : Fathan Sinaga
Reporter : M. Srahlin Rifaid

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Mahasiswa   LGBT   Gender   sains   laki-laki   Perempuan  

Terpopuler