jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari merespons langkah Mahfud MD yang secara resmi menyerahkan surat pengunduran diri sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Qodari menilai Mahfud MD mundur dari Kabinet Indonesia Maju (KIM) merupakan salah satu agenda untuk mendelegitimasi Presiden Jokowi.
BACA JUGA: Jokowi Teken Keppres Pemberhentian Mahfud MD, Sosok Ini Sebagai Pengganti
Menurut Qodari, manuver Mahfud itu menjadi salah satu rangkaian peristiwa agar melemahkan pengaruh Presiden Jokowi pada Pilpres 2024 ini.
“Mundurnya Pak Mahfud ini saya kira adalah bagian dari upaya untuk tadi menyerang, juga mendelegitimasi,” ujar Qodari dikutip dari channel Youtube Cokro TV, Jumat (2/2/2024).
BACA JUGA: Masyarakat Papua Akan Kawal Kemenangan Ganjar-Mahfud
Menurut Qodari, akhir-akhir ini serangan terhadap Presiden Jokowi cukup masif khususnya dari kubu pendukung atau simpatisan capres dan cawapres nomor urut 3.
Qodari menilai serangan itu lantaran kecewa terhadap langkah politik Jokowi yang tidak mendukung Ganjar Pranowo menjadi presiden.
BACA JUGA: Jokowi Minta Waktu 3 Hari Memutuskan Pengganti Mahfud MD, Ada Moeldoko
“Meningkatnya memang serangan-serangan kepada Pak Jokowi, serangan-serangan yang disebabkan oleh kekecewaan atau emosi terhadap Pak Jokowi yang tidak kemudian mendukung Ganjar atau calon yang didukung oleh PDIP,” ujar Qodari.
Qodari melihat ada usaha-usaha untuk mendowngrade kepemimpinan Presiden Jokowi. Misalnya, ujaran Butet Kartaredjasa yang menyisipkan kata binatang terhadap Presiden Jokowi saat membacakan pantun di panggung rakyat Ganjar-Mahfud di Kulonprogo, Yogyakarta.
“Serangan-serangan itu memang muncul di panggung-panggung PDI Perjuangan. Misalnya, Butet itu kan acara panggungnya PDI Perjuangan garis miring Ganjar Pranowo. Mas Butet tidak menyebut nama Pak Jokowi di situ menyebut ngintili tetapi itu kan strategi komunikasi sebetulnya bagian dari upaya untuk mendelegitimasi untuk mendegradasi Pak Jokowi,” ujar Qodari.
Lebih lanjut, Qodari mengatakan hal yang sama diutarakan Guntur Soekarnoputra yang memberikan nada ‘mengancam’ jika Ganjar-Mahfud tidak lolos menjadi pemenang di Pilpres 2024.
“Nah, termasuk juga dalam rangkaian itu adalah Mas Guntur yang lagi-lagi dalam kampanye resmi Mas Ganjar garis miring PDI Perjuangan, partai-partai koalisi di mana di situ Pak Guntur mengatakan bahwa yang penting sekarang ini yang prioritas adalah memenangkan Ganjar dan Mahfud setelah itu nanti Jokowi bisa kita apa-apain kan begitu,” katanya.
Selain itu, Qodari juga menjelaskan pamitnya Mahfud dari kabinet menjelaskan dua hal. Pertama, ia menduga mundurnya calon wakil presiden nomor 3 itu karena ingin segera menyelesaikan masalah pribadi yang mengganjal hatinya.
Pasalnya, ketika debat cawapres kedua Mahfud MD menjadi canggung seusai mengkritik kinerja pemerintahan Presiden Jokowi.
“Soal Pak Mahfud itu saya kira ada dua aspek yang banyak didiskusikan dan mungkin banyak disorot. Yang pertama adalah soal kenapa beliau mundur? Nah kalau saya melihat sih sebetulnya Pak Mahfud mundur itu lebih kepada menyelesaikan persoalan diri beliau sendiri yaitu kecanggungan yang beliau rasakan ketika di acara debat cawapres yang terakhir banyak menyerang tapi kemudian justru dipertanyakan oleh masyarakat,” bebernya.
Qodari mengatakan Mahfud MD melakukan blunder di saat debat cawapres kedua yang membahas tema pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa.
Sebab, Mahfud Md mengatakan masalah tambang tidak bisa diselesaikan karena banyak mafia yang bermain.
Padahal Mahfud MD orang yang seharusnya paling bertanggung jawab untuk mengurai masalah tersebut.
“Pak Mahfud di dalam kabinet kok menyerang pemerintah di mana dia menjadi bagian dari padanya. Termasuk juga misalnya pada waktu itu mengatakan masalah tambang-tambang ilegal dan yang lain-lain itu tidak bisa diselesaikan,” ujar Qodari.
“Sebab ada mafia begitu, ada mafia yang tidak bisa ditindak secara hukum. Nah orang kan kemudian bertanya loh Pak Mahfud Menko Polhukam itu seharusnya tanggung jawab Anda,” ucap Qodari lagi.
Oleh karena itu, Qodari menilai pada debat kedua Mahfud mengalami sebuah situasi baru yang sebelumnya tidak terlalu dialaminya ketika debat pertama.
Menurut Qodari, mundurnya Mahfud MD berupaya untuk keluar dari perasaan tidak enak itu. Posisinya masih berada dalam pemerintah, tetapi bersikap seperti oposisi.
“Jadi, saya kira beliau sedang berusaha keluar dari situasi yang tidak mengenakkan bahwa saya ini bagian dari pemerintahan, tetapi kemudian saya kok nyerang pemerintahan,” ucap Qodari.
Qodari menepis alasan Mahfud mundur karena berkaitan etika. Sebab jika berkaitan dengan etika seharusnya sudah mundur sejak pertama kali ditetapkan menjadi cawapres Ganjar oleh KPU.
“Jadi, sebetulnya bapak ini mundur bukan karena mau menegakkan etika dan tidak mau terjadi conflict of interest. Bapak itu cuman enggak nyaman aja gara-gara debat kedua kemarin. Bapak tuh banyak nyerang dan mempersoalkan hal-hal yang notabenenya adalah menjadi tanggung jawabnya sebagai Menko Polhukam,” paparnya.
“Selain menyelesaikan masalah publik sebetulnya Pak Mahfud dengan segala hormat beliau sebetulnya sedang menyelesaikan masalahnya sendiri itu yang pertama,” ujar Qodari.
Kedua, lanjut Qodari, mundurnya Mahfud sebagai strategi untuk menggenjot elektabilitas. Namun, sayangnya, Qodari memprediksi tidak akan banyak berpengaruh terhadap kenaikan elektoral.
Pasalnya, Mahfud MD mundur di waktu yang sudah sangat terlambat.
“Kedua adalah soal mundurnya Pak Mahfud terhadap dinamika elektabilitas calon pasti kaitan ke sana. Kalau bicara elektoral tentu untuk pastinya harus melihat survei yang dilaksanakan setelah pernyataan Pak Mahfud pada hari ini ya. Bahkan kalau bisa yang dilakukan setelah Pak Mahfud datang secara formal kepada Pak Jokowi,” ujar Qodari.
Qodari menjelaskan hal berbeda mungkin akan berpengaruh terhadap peningkatan elektabilitas paslon nomor 3 jika Mahfud MD sudah mundur sejak lama, tidak menjelang pencoblosan yang tinggal dua minggu lagi.
“Lain ceritanya kalau Pak Mahfud itu mundur dari awal dia akan punya moral standing yang sangat berbeda dengan sekarang ini. Kalau istilah teman saya, Pak Mahfud ini ibarat orang puasa, ya puasa itu enggak makan minum kan dari imsak. Ini sudah masuk ashar baru puasa," ungkapnya.
“Ini sudah lewat subuh, sudah lewat zuhur, sudah asar baru enggak makan minum. Jadi, orang bilang Anda ini puasanya di mana?” ujar Qodari.(fri/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Friederich Batari