Mahfud Sebut Harifin Sentimentil-Romantis

Sabtu, 03 Maret 2012 – 07:31 WIB

JAKARTA - Apa tanggapan Mahfud MD soal Ketua MA Harifin Tumpa yang tersinggung dengan pernyataannya? Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menyebut wajar jika Harifin tidak berkenan. ’’Dia itu pejabat paling lama berkecimpung di birokrasi penegakan hukum. Wajar kalau dia sentimentil dan sekaligus romantis,’’ kata Mahfud kepada INDOPOS (JPNN Group), Jumat (2/3).

Seperti diketahui, mantan Ketua MA Harifin Tumpa merasa tersakiti dengan pernyataan Mahfud MD. Ketua MK menyatakan penegak hukum gagal total dalam menciptakan peradilan bersih dan masyarakat tak lagi menghargai hakim. Pernyataan tersebut dilontarkan Mahfud pada 2011 saat menanggapi penangkapan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) oleh KPK karena kedapatan menerima suap Rp 250 juta.

Ternyata ungkapan itu menyakiti Harifin yang saat ini paripurna dari jabatan Ketua MA. Ungkapan hati Harifin ini dimuat dalam sebuah buku biografi berjudul Pemukul Palu dari Delta Sungai Walanea halaman 296 yang ditulis Sekretaris MA Nurhadi.

Menurut Mahfud, ungkapan dalam buku tersebut merupakan kesan yang sah saja dikemukakan Harifin. Dia tidak keberatan sama sekali dengan ungkapan perasaan itu. ’’Wajar kalau sentimentil dan romantis. Gaya penulisan sebuah memoar (buku biografi) kan memang seperti itu,’’ ujar Guru Besar Politik Hukum ini.

Mahfud juga sering mengkritik seperti itu pada lembaga lain. Seperti ke Komisi Yudisial (KY), kepada Presiden, kepada menteri, kepada DPR, dan kepada KPK. Mereka tidak keberatan. ’’Saya pernah berpolemik dengan JAM Pidsus Marwan Effendi atau dengan Dipo Alam. Tapi hubungan kami baik-baik saja, tidak ada yang terluka hati,’’ ungkap dia.

MK juga sering dikritik habis-habisan. Tapi dia biasa-biasa saja. ’’Malah yang ngritik, saya mintai tolong untuk membersihkan MK. Memangnya mengapa kalau dikritik atau mengkritik?’’ sambung pria kelahiran Madura ini.

Ketua DPR Marzuki Alie pernah menyebut MK kekuasaannya seperti Tuhan. Ada orang DPR mengatakan MK lebih baik bubar. Tapi Mahfud dan teman-teman di MK tak pernah mempersoalkan. ’’Saya dan Marzuki Alie merasa biasa saja. Selalu bergurau kalau ketemu dan saling telepon kalau ada cerita-cerita di balik berita. ’’Jadi saya tak merasa ada ganjalan di hati dengan Pak Harifin. Saya dengan tulus mengucapkan selamat purna tugas kepada beliau,’’ kata pendekar hukum ini yang banyak dielukan sebagai capres pada 2014 ini.

’’Saya adalah pejabat generasi baru yang tidak setuju dengan ewuh pakewuh atau rikuh, sehingga tidak mau mengkritik lembaga lain dengan alasan etika jabatan. Etika menurut siapa maksudnya" Bagi saya, kita harus berani saling mengkritik untuk perbaikan dan yang penting konstruktif. Saya sering mengkritik dan sering dikritik. Mengkritik atau dikritik itu bukan kejahatan, tapi kita posisikan sebagai sumber kemajuan. Saya hormati memoar Pak Harifin, tak ada yang perlu diklarifikasi,’’ tukas dia.

Mahfud juga sering mengkritik SBY. Tapi, presiden RI itu tak memendam gap psikologis. Bahkan, pernah menelepon hanya untuk mengucapkan terima kasih atas kritik tersebut dan menjelaskan problem-problem yang dihadapi.

Dalam pertemuan antar ketua lembaga negara yang dihadiri SBY dan Harifin Tumpa, Mahfud pernah menyampaikan bahwa semua pimpinan negara itu harus seperti tim sepak bola di tengah lapangan. ’’Saat bermain kita bisa saling teriak untuk mengingatkan kalau ada yang salah membawa atau mengoper bola dan salah posisi. Tak perlu rikuh untuk berteriak, agar tujuan memasukkan bola ke gawang bisa produktif. Itulah budaya baru yang saya usulkan dalam hubungan antar pejabat,’’ pungkas Mahfud MD. (har)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Honorer di Tujuh Daerah Diproses jadi PNS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler