Maju jadi Caleg DPR RI, Denny Tewu Bicara Soal Perjuangan yang Belum Selesai

Kamis, 21 September 2023 – 21:02 WIB
Denny Tewu yang juga menjabat sebagai Kaprodi Manajemen Pascasarjana UKI ungkap alasannya terjun ke dunia politik dan maju jadi caleg DPR RI dari PSI. Foto: Dokumentasi PSI

jpnn.com, JAKARTA - Caleg DPR RI dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dapil Sulawesi Utara Denny Tewu mengungkapkan perjuangan menanamkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika belum tuntas dan selesai. 

Dia lantas merujuk data Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Mei 2022 yang menyebutkan bahwa kekerasan ekstrem dan ketegangan antarkelompok agama masih terjadi dalam kehidupan umat beragama di Indonesia.

BACA JUGA: Soal Isu Kaesang Pangarep Gabung PSI, Djarot PDIP Berkomentar Begini

Kendati secara umum BNPT menemukan bahwa potensi radikalisme dan terorisme menunjukkan penurunan akan tetapi kasus-kasus kekerasan ekstrem dan potensi penyebaran radikalisme masih terjadi.

“Oleh karena itu, hal ini perlu menjadi perhatian serius bagi semua pihak untuk kita lebih giat lagi mengedukasi serta mensosialisasikannya,” kata Denny Tewu yang juga menjabat sebagai Kaprodi Manajemen Pascasarjana UKI saat ditemui di ruang kerjanya pada Kamis (21/9).

BACA JUGA: Kaesang bin Jokowi Diisukan Bergabung? PSI: Tunggu Tanggal Mainnya

Edukasi dan sosialisasi, lanjut Denny, dikarenakan peristiwa intoleransi juga masih terjadi, terutama kepada kelompok minoritas. 

Masih menurut Denny, LSI melalui surveinya menjelaskan bahwa mayoritas 78,9 persen mengaku tidak ada kelompok agama yang tidak disukai, sedangkan 36 persen tidak suka pada kelompok agama tertentu. 

Denny menyebut di antara yang tidak suka, lebih banyak yang tidak suka pada aliran kepercayaan dan Kristen serta Kong hu chu.

Karena itu, Denny Tewu meyakini bahwa Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, betul betul menjadi nilai kekuatan nasionalisme bangsa Indonesia yang membuat bangsa Indonesia tetap produktif dan dapat bertahan hingga saat ini dan seterusnya. 

Fenomena radikalisme agama di dunia bahkan khususnya di Indonesia, itu dengan mulai hancurnya ISIS, Al Qaeda dan lainnya memang terjadi penurunan. 

Namun, kata Denny, tidak bisa diartikan dari hasil penelitian bahwa akar-akar itu sudah tidak ada. 

“Untuk itu, kita perlu terus waspada dan tetap giat mengedukasi serta mensosialisasikan tentang kekuatan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang membuat NKRI ini menjadi negara besar dan optimis menyongsong Indonesia emas bersama generasi emas” tegas Denny.

Di sisi lain bagi Denny, di era digitalisasi saat ini yang maju begitu pesat, begitu kuat dampaknya sehingga membuat masyarakat Indonesia sudah lebih pintar. 

Masyarakat sudah lebih bisa menyaring yang benar dan mana yang tidak, bahkan bertindak yang lebih baik. 

“Itu yang akan menjadi harapan kita bahwa fakta-fakta sejarah di dunia mana pun yang menginginkan satu golongan tertentu atau pribadi yang tidak demokratis tidak akan cocok hidup di NKRI yang demokratis dan prural serta memiliki nilai-nilai kebangsaan kebhinekaan Tunggal Ika dengan dasar Pancasila yang kuat,” ungkap Denny.

Untuk itulah terjunnya kembali Denny Tewu ke panggung politik menegaskan bahwa dari fakta-fakta yang ada ternyata perjuangan ini belum selesai. 

Denny mengajak semua pihak harus kembali lagi bersama generasi emas yang merupakan bonus demografi Indonesia, bersama mempersiapkan Indonesia Emas 2045, dengan memitigasi risiko radikalisme yang ingin merusak nilai-nilai kebangsaan Indonesia yang luhur.

"Mungkin kita tidak bisa hilangkan hingga nol persen, tetapi paling tidak lebih memperkecil lagi persentasenya," ujarnya.

Denny Tewu berpandangan perbedaan suku, agama, ras dan berbagai golongan partai yang demokratis dan pancasilais itu adalah kekuatan Indonesia. 

"Saya kira penting diimplementasikan dalam berbagai aspek kehidupan," imbuhbya.

Karena itu, dia menegaskan dengan kehadiran PSI di tengah-tengah anak muda yang harus diakui mempunyai kekuatan tersendiri, karena mereka hidup dari dunia yang sangat informatif. 

"Dulu ada ungkapan siapa yang menguasai informasi, maka dia akan menguasai dunia. Di era digital saat ini, mereka mendapat begitu banyak informasi dalam waktu sekejab karena informasi ada di tangan mereka sekarang," pungkasnya. (mar1/jpnn)


Redaktur & Reporter : Sutresno Wahyudi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler