jpnn.com - Menyambut Iduladha atau lebaran haji, salah satu momen yang paling dinantikan adalah pembagian daging kurban. Salah satu yang menjadi makanan favorit untuk merayakan lebaran adalah daging kambing.
Saat Iduladha daging kambing biasanya dimasak dengan cara dibuat gulai, satai atau tongseng.
BACA JUGA: Pesawat Hercules Angkut Daging Kurban untuk Korban Gempa NTB
Sayangnya, ada sebagian masyarakat yang berpendapat, bahwa makan daging kambing bisa memicu kondisi hipertensi. Stigma terhadap daging kambing tersebut sudah berlangsung lama dalam masyarakat.
Akibatnya, daging kambing menjadi salah satu makanan yang paling dihindari oleh penderita hipertensi.
BACA JUGA: 7 Kiat Sehat dan Aman Konsumsi Daging Kurban
Tetapi, bagaimana fakta sebenarnya? Adakah hubungan antara daging kambing dan hipertensi? Benarkah daging kambing menyebabkan darah tinggi?
Daging kambing adalah salah satu jenis daging yang banyak dibagikan sebagai daging kurban saat lebaran Iduladha. Dibandingkan dengan daging sapi, domba, dan ayam yang merupakan daging yang paling sering dikonsumsi di Indonesia, daging kambing paling rendah lemak dan kalori.
BACA JUGA: Cara Aman Konsumsi Daging Kambing untuk Penderita Hipertensi
Menurut para peneliti dari Alabama Cooperative Extension System (ACES), daging kambing memiliki komposisi gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging-daging yang disebutkan tadi. Namun demikian, daging kambing bukanlah penyebab hipertensi.
Menurut dr. Andika Widyatama dari KlikDokter, pengolahannya yang memicu hipertensi dalam tubuh. Selain itu, penggunaan minyak ketika menggoreng daging juga berpengaruh dalam munculnya penyakit hipertensi.
"Jadi sebenarnya, dari daging kambing itu sendiri tidak langsung menyebabkan hipertensi, tapi dari pengolahannya. Misalnya, terlalu banyak garam. Lalu, jika diolah dengan cara menggoreng, tentu menggunakan minyak, kalau menggunakan minyak jenuh, bisa menyebabkan pembuluh darah jadi kaku dan itu penyebab darah tinggi," ujar dr. Andika Widytama.
Selain itu, dr. Andika menyarankan, saat memutuskan memakan daging kambing, carilah bagian yang tidak banyak lemah jenuhnya. Bagian lemak jenuh pada daginglah yang bisa memicu hipertensi.
Selain pengolahan daging tersebut, ada beberapa faktor yang berkontribusi dalam menaikkan tekanan darah setelah mengonsumsinya, yakni tingginya kadar kolesterol darah seseorang serta penyakit lainnya.
Sementara itu, sebuah studi klinis yang dilakukan oleh Harvard University menyatakan bahwa lemak jenuh berkontribusi terhadap risiko penyakit kardiovaskular.
Karena itu, Anda perlu mengenali gejala hipertensi.
Jika setelah menyantap suatu hidangan – mungkin termasuk daging kambing – Anda merasakan sakit kepala, gelisah, pusing, atau leher kaku, bisa jadi Anda terkena hipertensi. Gejala lain yang Anda rasakan jika mengalami kondisi tersebut, biasanya jantung berdebar, penglihatan kabur, dan rasa sakit di dada.
Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri. M.Epid dari KlikDokter, hipertensi adalah kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari ≥ 140 mmHg dan atau diastolik ≥ 90 mmHg. Kondisi naiknya tekanan darah ini sering tanpa gejala.
Namun menurut dr. Resthie, hipertensi sebenarnya bisa dikontrol dengan mengubah gaya hidup. Anda bisa mulai mengatur gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok dan tak meminum minuman alkohol.
Akan tetapi, jika Anda sudah terlanjur menderita penyakit hipertensi, cobalah minum obat antihipertensi yang tentu saja diresepkan oleh dokter.
Sekarang, Anda sudah mengetahui apa yang menyebabkan tekanan darah tinggi sesaat setelah menyantap daging kambing. Bisa saja kondisi tersebut terjadi karena teknik memasak dengan cara menggoreng atau penambahan garam yang terlalu banyak saat memasak daging kambing.
Jika Anda tidak mau perayaan Iduladha bersama keluarga rusak karena hipertensi, cobalah perbaiki cara pengolahan daging kambing seperti yang disarankan di atas. Selain itu, makanlah dalam porsi yang tidak berlebihan.(RVS/klikdokter)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Waspada, ini 7 Dampak Terlalu Banyak Makan Daging
Redaktur & Reporter : Yessy