Makanan hasil rekayasa genetik adalah salah satu isu paling kontroversial yang mempengaruhi sektor peternakan. Dan salah satu pertanyaan yang paling krusial adalah apakah ada dampak psikologis dari memberi makan hewan, dengan makanan hasil rekayasa genetik tersebut.
Itulah sebuah pertanyaan yang seringkali diuji oleh para ilmuwan.
BACA JUGA: Seperti Manusia, Dialek Bahasa Hewan Ternyata juga Berubah
Banyak laporan yang telah dipublikasikan menyebut bahwa tak ada tanda-tanda masalah kesehatan pada hewan yang mengkonsumsi makanan hasil rekayasa genetik.
BACA JUGA: Paus Langka Ini Terdampar di Pantai Queensland
Yang terbaru, ditulis oleh ilmuwan Australia, juga mengkonfirmasikan hal tersebut. Namun hasil temuan itu sangat kontras dengan laporan lain yang ditulis ilmuwan Australia pada tahun lalu, yang menunjukkan bahwa makanan hasil rekayasa genetik memang membuat para binatang jatuh sakit.
Jadi manakah yang benar?
BACA JUGA: Kecanduan Internet Dapat Memicu Gangguan Kesehatan
Dr. Alison Van Eenennaam adalah ilmuwan hewan dari Universitas California.
Ia mengatakan, ada puluhan studi ilmiah dari Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa makanan hasil rekayasa genetik yang diberikan kepada hewan penghasil pangan tak menimbulkan masalah kesehatan bagi hewan tersebut.
“Sejumlah studi itu dikaji pula oleh ilmuwan lain, mereka adalah studi yang dilakukan dengan cermat, dan tak ada yang menunjukkan perbedaan dalam kesehatan para hewan (baik makanan hasil rekayasa genetik maupun non-rekayasa genetik) dengan pengeculian pada sedikit di antaranya,” ungkap Dr. Alison.
Dr. Judy Carman adalah seorang pakar kesehatan masyarakat atau epidemiolog dari Universitas Flinders.
Ia mengatakan, penelitiannya yang meliputi 168 babi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa makanan hasil rekayasa genetik membuat para binatang itu sakit.
Separuh dari babi-babi itu diberi makan dengan produk rekayasa genetik dan separuh lainnya diberi makanan normal.
“Kami menemukan bahwa berat rahim rata-rata babi yang diberi makan produk rekayasa genetik menjadi 25% lebih besar daripada babi lainnya. Kami menemukan bahwa tingkat peradangan akut di perut banyak terdapat pada babi-babi yang diberi produk rekayasa genetik,” jelas Dr. Judy.
Sementara Dr. Alison menyebut, beberapa studi memiliki hasil yang berbeda karena mereka menyimpang secara substansial dari protokol.
BACA ARTIKEL LAINNYA... 1 dari 5 Anak-anak di Canberra Alami Obesitas