jpnn.com, PUTRAJAYA - Pemerintah Malaysia tak mau lagi menerima muslim Rohingya yang melarikan diri dari persekusi di Myanmar. Pandemi virus corona jadi alasan Negeri Jiran itu menolak menerima pengungsi.
"Kami tidak bisa lagi menampung lebih banyak (pengungsi) karena sumber daya dan kapasitas kami sudah menipis, dan diperparah oleh pandemi COVID-19," kata Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yang diselenggarakan secara virtual, Jumat (26/8).
BACA JUGA: Muslim Rohingya Harus Tahu, Mereka Tidak Diterima di Malaysia
"Namun, Malaysia secara tidak adil diharapkan melakukan lebih banyak untuk mengakomodasi pengungsi yang masuk."
Negara dengan mayoritas penduduk muslim itu telah lama menjadi salah satu tujuan pengungsi Rohingya untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
BACA JUGA: Ditolak Malaysia, Ratusan Muslim Rohingya Terancam Mati di Tengah Laut
Tetapi Malaysia, yang tidak mengakui status pengungsi, baru-baru ini menolak perahu dan menahan ratusan warga Rohingya, di tengah meningkatnya kemarahan terhadap orang asing yang dituduh menyebarkan virus corona dan menghabiskan dana negara.
Perlakuan terhadap Rohingya telah memecah belah ASEAN, dengan dua anggotanya yang mayoritas muslim yakni Malaysia dan Indonesia, mengkritik perlakuan Myanmar terhadap kelompok minoritas tersebut. Di sisi lain, kedua negara juga merasa keberatan menampung para pengungsi.
BACA JUGA: Lari dari Persekusi Myanmar, Ratusan Muslim Rohingya Malah Ditahan di Malaysia
Myanmar menyangkal pelanggaran terhadap warga minoritas di Negara Bagian Rakhine dan menyebut Rohingya bukanlah warga negara, melainkan imigran ilegal dari Asia Selatan.
Muhyiddin mendesak badan pengungsi PBB (UNHCR) untuk mempercepat penempatan kembali pengungsi Rohingya di Malaysia ke negara ketiga.
UNHCR mengatakan ada lebih dari 100.000 pengungsi Rohingya di Malaysia meskipun kelompok HAM mengatakan jumlahnya lebih tinggi.
Muhyiddin juga menyerukan lebih banyak upaya untuk memerangi perdagangan manusia yang melibatkan etnis Rohingya, yang menurut dia semakin berisiko untuk dieksploitasi, diperbudak, dan direkrut oleh militan.
"ASEAN harus berbuat lebih banyak untuk membantu Myanmar, dan Myanmar juga harus berbuat lebih banyak untuk membantu dirinya sendiri agar krisis ini tidak dilupakan," kata dia.
Bulan ini, puluhan warga Rohingya meninggal dunia dan jasad mereka dilempar ke laut dari sebuah kapal yang kemudian mendarat di sebuah pulau Malaysia dengan 269 orang di dalamnya, kata pihak berwenang.
Pada Kamis (25/6), hampir 100 pengungsi Rohingya diselamatkan oleh nelayan dari sebuah kapal yang terapung di perairan Aceh Utara, Indonesia. (ant/dil/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Redaktur & Reporter : Adil