Dari awal kemunculannya, Malcolm Turnbull telah diprediksi akan merebut jabatan penting. Kini, ramalan itu menjadi nyata. Lulusan hukum dan bisnis ini, kini, menjadi Perdana Menteri Australia yang baru.

Dibesarkan oleh sang ayah setelah orang tuanya berpisah ketika ia berusia 9 tahun, mantan siswa sekolah negeri Vaucluse ini telah menunjukkan bakat ‘public speaking’ semenjak ia berusia belia.

BACA JUGA: Tony Abbott Kalah, Malcolm Turnbull Jadi Perdana Menteri Australia ke-29

Malcolm belajar hukum di Universitas Sydney, mencoba-coba jurnalisme, dan kemudian mendapat Beasiswa Rhodes ke Universitas Oxford, Inggris, untuk belajar hukum lebih lanjut.


Malcolm Turnbull , Perdana Menteri Australia yang baru menggantikan Tony Abbott. (Foto: AAP, Lukas Coch)

BACA JUGA: Tony Abbott Optimistis akan Menang Lawan Malcolm Turnbull

Pada tahun 1980, ia adalah seorang pengacara yang kemudian meraih ketenaran internasional dengan ‘memukul’ Pemerintah Inggris dengan membela pensiunan mata-mata MI5, Peter Wright, yang berjuang untuk hak publikasi bukunya ‘Spycatcher’.

Pada tahun yang sama, ia menikahi Lucy Hughes, putri mantan mantan jaksa agung Tom Hughes. Silsilah politik keluarga Hughes berakar dari Walikota pertama Sydney.

BACA JUGA: Partai Liberal Gelar Pemungutan Suara Internal Malam ini Tentukan Nasib Abbott

Meskipun awal karirnya di Partai Liberal kurang cemerlang, kepemimpinan politik MalcolmTurnbull mulai dilirik ketika ia memimpin wacana republik dalam Konvensi Konstitusi, dan ketika referendum 1999 yang mengikutinya tak berhasil.

Dalam kapasitas ini, ia berhadapan berkali-kali dengan rekan dan saingannya, Tony Abbott - warga Sydney lainnya yang mengikuti jejak Malcolm di Universitas Sydney, di karir media mereka yang singkat dan di Universitas Oxford.

Tapi kesempatan politik formal datang pada tahun 2004 ketika pemerintahan Howard memasuki masa akhir.

Tak pernah mundur dari pertarungan, hanya ada satu kursi yang diinginkan Malcolm Turnbull - yang ia kejar sepanjang hidupnya.

Ketika ia terlibat dalam praseleksi terhadap anggota Parlemen Peter King, Malcolm berusaha sekuat tenaga untuk menggapai tujuannya.

Dalam banyak percakapan di Parlemen, Peter mengklaim bahwa penantangnya telah memperingatkan dirinya untuk mundur.

Suatu waktu di Canberra, anggota Parlemen untuk Wentworth ini menerjunkan dirinya ke sektor energi terlibat dalam komite kebijakan dan komite parlemen Koalisi, dan saat Australia dilanda kekeringan pada awal 2006, John Howard menunjuknya sebagai Sekretaris Parlemen untuk masalah air.

Setahun kemudian ia menjadi Menteri Lingkungan.

Malcom banyak mendapat sorotan saat pemerintahan Howard ketika mendapat momentum melawan Partai Buruh yang ada di bawah Kevin Rudd, termasuk advokasi tentang perlunya tindakan atas perubahan iklim.

Setelah jatuhnya pemerintahan Howard, ia menawarkan diri untuk menjadi pimpinan Partai Liberal tetapi kalah oleh tiga suara untuk Brendan Nelson.

Hubungan Brendan-Malcolm jarang harmonis dan dalam setahun, Malcolm berhasil mengalahkannya untuk menjadi pemimpin oposisi.

Malcolm sering menyerang pemerintahan Kevin Rudd, tapi yang paling serius, yakni yang dikenal sebagai ‘OzCar affair’.

Seorang birokrat bernama Godwin Grech telah bertindak sebagai informan rahasia bagi Malcolm, memicu klaim bahwa Kevin Rudd atau Menteri Keuangannya membantu agen mobil asal Brisbane melalui skema pendanaan pemerintah.

Malcolm mendorong serangannya ke tepi jurang, menuntut perdana menteri membantah klaim itu atau mengundurkan diri.

Akhirnya terungkap bahwa Godwin Grech telah memalsukan email yang akan membentuk dasar "bukti" dan Malcolm kembali diserang kegagalan.

Lebih buruk lagi, hal yang terjadi di tahun berikutnya.

Malcolm mendesak Partai Liberal untuk mendukung skema perdagangan emisi (ETS) yang diusulkan oleh pemerintahan Kevin Rudd.

Kubu di Partai Liberal terpecah dan lawan konservatifnya menetapkan bahwa pilihan yang jelas perlu dibuat antara kebijakan atau kepemimpinan.

Dengan satu suara, mereka memilih pemimpin baru, yakni Tony Abbott.

Malcolm Turnbull tetap berada di Parlemen tapi tak memegang jabatan apapun, ia terus berdebat soal ETS dan menimbang untuk berhentiber politik sama sekali pada tahun 2010.

Namun ia berubah pikiran, kembali menduduki peran penting dan menjadi andalan Abbott dalam mencoba menghancurkan proposal Jaringan Kabel Nasional (NBN) yang diusung Partai Buruh.

Pada tahun 2013, misinya adalah untuk menjaga proposal NBN tapi merubahnya menjadi sistem yang lebih murah.

Malcolm selalu menganggap Abbott sebagai teman dan mempertahankannya serta menteri-menteri lainnya dengan kesatuan dan kesetiaan.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Posisi Tony Abbott Sebagai PM Australia Ditantang oleh Menterinya Sendiri

Berita Terkait