Malik & Elsa, Kisah Cinta Beda Kasta tanpa Nista

Selasa, 13 Oktober 2020 – 19:26 WIB
Pemain dan pendukung produksi film Malik & Elsa. Foto: Dok. Max Pictures

jpnn.com, JAKARTA - Film Malik & Elsa bercerita tentang kisah cinta Malik (Endy Arfian) dan Elsa (Salshabilla Andriani).

Film yang diangkat dari novel best seller berjudul sama karya Boy Chandra ini, dibuka dengan dialog antara Malik & Elsa di ruang kuliah sebelum dosen datang.

BACA JUGA: Cerita Salshabilla Bawakan Soundtrack Film Malik & Elsa

"Kamu tahu enggak kenapa bangsa asing menjajah Indonesia?” tanya Malik kepada Elsa.

Malik anak piatu, ibunya meninggal. Ayahnya pedagang dengan penghasilan tak seberapa. Sementara keluarga Elsa kaya raya.

BACA JUGA: Film Malik & Elsa Angkat Cerita Cinta Remaja Padang  

Cerita Malik & Elsa mengalun lembut, layaknya film-film drama lainnya, dan sesekali mengantar kita ke pasar tradisional, tempat Malik kerja serabutan sebagai kuli.

Elsa yang tak bisa menjawab pertanyaan itu mendapat hukuman mentraktir Malik selama sepekan.

BACA JUGA: Nita Thalia Gugat Cerai, Suami Singgung Biaya Operasi Plastik

Usai kuliah, keduanya jalan-jalan ke pantai atau makan di restoran. Dari pasar, kita diajak balik ke kampus, tempat Malik & Elsa kali pertama bertemu. Lalu berinteraksi intens.

Di sini, penonton akan dimanjakan dengan pemandangan indah di Padang, yang selama ini jarang terekspos.

Ayah (Hanif Alkadri) dan Ibu Elsa (Nina Rahma) mulai curiga mengapa putri mereka sering pulang telat.

Elsa menyelidiki kehidupan Malik dan bagaimana rumah indekosnya. Malik yang bukan orang berada ngekos sekamar dengan sahabatnya, Lubis (Hendra Lesmana).

Suatu hari, Lubis mengirimkan karya tulis Malik ke sebuah kompetisi berhadiah beasiswa ke Amsterdam, Belanda.

Dua menu utama dalam film ini adalah kisah cinta beda kasta serta kecerdasan sebagai senjata pengubah nasib.

Hawa romantis yang diembuskan sineas Eddy Prasetya tak terlalu puitis atau dramatis. Relatif pas dan terasa dekat dengan kehidupan remaja umumnya.

Selain itu, ending-nya tidak berakhir klise. Terasa realistis. Bagi anak orang tak mampu, jika dihadapkan pada cinta (yang belum tentu berakhir di pelaminan) atau masa depan, jelas betul mana yang mesti dipilih. (jlo/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler