Manajemen Monyet Jadi Topik Kampanye HashMicro, Apa Artinya?

Selasa, 06 Juni 2023 – 20:54 WIB
HashMicro menjadikan topik manajemen monyet sebagai kampanyenya di Indonesia. Foto: HashMicro

jpnn.com, JAKARTA - Ada pemandangan menarik ketika melewati Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Tidak jauh dari pintu Tol Soedyatmo, terlihat sebuah billboard berukuran besar yang menampilkan empat monyet berpakaian layaknya karyawan lengkap dengan plat divisi mereka.

Billboard itu rupanya bagian dari kampanye perusahaan software bisnis HashMicro. Perusahaan yang semula berdiri di Singapura, ini makin menunjukkan eksistensinya di Indonesia.

BACA JUGA: HashMicro Sukses Jadi Raksasa ERP Asia-Pasifik, Begini Strateginya

Business Development Director HashMicro, Lusiana Lu mengatakan kampanye menggunakan visual yang unik itu bukan tanpa alasan.

"Kami mengangkat konsep manajemen klasik, monkey management oleh William Ocken Jr. Tujuannya untuk menunjukkan salah satu masalah produktivitas terbesar di perkantoran," ujar Lusiana, dalam keterangannya, Selasa (6/6).

BACA JUGA: Marak PHK Massal dan Startup Gagal, Hashmicro Justru Tambah Jumlah Pegawai

Konsep tersebut, lanjut Lusiana, merupakan istilah yang kerap digunakan untuk mendeskripsikan loncatnya tanggung jawab dari bawahan ke atasan akibat individu yang tidak cukup cekatan dalam menyelesaikan masalah.

Monkey management atau manajemen monyet hanyalah bagian kecil dari dampak pekerjaan manual. Ketika perusahaan bergantung pada metode kerja ini, team leader akan kesulitan untuk mendelegasikan pekerjaan dan tanggung jawab dengan baik.

BACA JUGA: Universitas Bunda Mulia Menggelar Industri Visit ke HashMicro

“Tanpa adanya satu sistem yang menjadi single source of truth, tidak akan ada otonomi karyawan. Mereka tidak bisa mengakses data yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. Keterbatasan akses informasi inilah yang kemudian akan membebani para eksekutif," jelasnya.

Menerapkan sistem kerja baru memang tidak selalu mudah. Perusahaan yang selalu bekerja di comfort zone-nya cenderung menolak perubahan sistem karena berpikir akan mengancam kinerja mereka.

"Tanpa mereka sadari, upaya pengoptimalan pertumbuhan perusahaan justru terhambat karena proses manual yang outdated,” jelas Lusiana.

Melihat potensi kerugian yang disebabkan proses manual, perusahaan perlu menyadari pentingnya mengubah sistem kerja secara keseluruhan.

Perusahaan dalam hal ini perlu membantu memaksimalkan potensi karyawan mereka dengan tools yang tepat. Hal ini akan meminimalisir adanya ‘monyet’ di tempat kerja agar produktivitas dan profitabilitas meningkat.

HashMicro hadir sebagai sebuah solusi untuk mengintegrasikan seluruh proses bisnis secara end-to-end. Dengan cara kerja yang otomatis dan sistematis, karyawan terhindar dari pekerjaan administratif yang berlebihan.

Sehingga karyawan bisa fokus pada pekerjaan yang mengasah kemampuan mereka, bereksperimen, dan mendukung adanya pembelajaran yang berkelanjutan.

“Singkatnya, HashMicro membantu seluruh stakeholder di perusahaan untuk fokus mengurangi pengeluaran, meningkatkan akurasi bisnis, dan membuka jalan untuk skalabilitas melalui efisiensi operasional," tutur Lusiana. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler