JAKARTA - Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang akan menghapus ujian tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013, mulai menuai polemik. Menurut Sekretaris Panitia SNMPTN, Rochmat Wahab, jika kebijakan itu dilakukan, maka akan memicu makin maraknya manipulasi nilai sekolah siswa SLTA.
Menurutnya, selama ini saja, jalur undangan masuk PTN masih diwarnai dengan aksi manipulasi nilai siswa oleh pihak sekolah, seperti terjadi di SMAN 5 Medan. Maka, jika seleksi SNMPTN tahun depan memberikan jatah lebih besar lagi lewat jalur undangan, maka semakin banyak sekolah yang melakukan kecurangan, dengan harapan siswanya bisa diterima di PTN lewat jalur undangan itu.
"Saya tak bisa menjamin nilai rapor dan nilai ujian sekolah dibuat dengan jujur. Sekolah bisa saja memberi nilai 9 atau 10 semua kepada siswanya, toh guru sekolah yang memberikan nilai itu. Bagaimana kami bisa menjamin kualitas siswa itu," ujar Rochmat Wahab, yang juga Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) saat dihubungi JPNN kemarin (12/3).
Seperti diberitakan, kebijakan menetapkan menghapus SNMPTN jalur ujian tulis merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 34 Tahun 2010. Dalam Peraturan Menteri tersebut dinyatakan penerimaan mahasiswa baru di PTN melalui dua skema, yaitu SNMPTN dan/atau jalur mandiri.
Sebelumnya Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud Djoko Santoso menuturkan, pihaknya memang akan menghapus SNMPTN jalur tulis untuk tahun depan. Dia menerangkan sesuai dengan peraturan meteri, tahun depan seleksi masuk PTN dibagi menjadi dua. Yaitu SNMPTN dengan pagu 60 persen dari total kuota nasional, dan seleksi jalur mandiri dengan pagu 40 persen.
Mantan rektor ITB itu menegaskan, pagu 60 persen untuk SNMPTN tadi dilaksanakan dengan jalur undangan semuanya. "Untuk yang jalur mandiri (40 persen dari kuota, red) kita serahkan ke majelis rektor," ucap Djoko.
Rochmat menjelaskan, selama kejujuran masih sulit dilakukan pihak sekolah, maka Panitia SNMPTN yang mengurusi jalur undangan akan pusing. Ini lantaran belum ada patokan baku untuk mengukur standar nilai antar sekolah yang berbeda.
Maksudnya, nilai 8 di sebuah sekolah, belum tentu punya bobot yang sama dengan nilai 8 di sekolah yang lain. Karena ada sekolah yang mengobral nilai, ada juga sekolah yang pelit memberikan nilai kepada siswanya. "Kami akan repot. Bagaimana kami bisa adil," ujar Rochmat.
Rochmat lebih setuju ujian tertulis SNMPTN tetap diberlakukan. Karena jalur tertulis ini bisa untuk mengukur peringkat kemampuan peserta seleksi. "Kalau jalur undangan, kalau gurunya tak jujur, bagaimana?" imbuhnya.
Penghapusan ujian tulis SNMPTN, lanjutnya, baru bisa dilaksanakan jika tingkat kejujuran seluruh sekolah di Indonesia sudah sama, sehingga bisa menjamin fair, siswa yang diterima PTN benar-benar punya kemampuan akademik yang terukur berdasarkan nilai yang diberikan sekolahnya. (sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SNMPTN 2013, Hapus Jalur Ujian Tulis
Redaktur : Tim Redaksi