jpnn.com, SURABAYA - Mantan dokter Persebaya Surabaya Adhimas Hapto Prakoso mengaku sempat kesal karena dituduh sebagai biang keladi terjadinya badai cedera dalam tim tersebut. Padahal, menurut dia, apa yang dilakukannya selama menangani Green Force sudah sesuai dengan prosedur.
Lulusan Jurusan Obstetrics and Gynecology di Zhejian University, Tiongkok, itu mengatakan bahwa pihaknya sudah berusaha maksimal selama ini. Toh, sepanjang Liga 2, tidak banyak pemain yang cedera.
BACA JUGA: Ini Upaya Persebaya Akhiri Badai Cedera
Karena itu, pria asli Surabaya tersebut sangat kesal dengan komentar negatif dari banyak orang tentang statusnya sebagai dokter spesialis kandungan.
Dia yang merasa sudah sangat total bekerja kecewa dengan perlakuan seperti itu. ’’Emang yang tekel pemain saya? Kok saya disalahkan kalau cedera,’’ katanya.
BACA JUGA: Gelandang Anyar Persebaya Absen Lawan Barito Putera
Adhimas mengatakan pernah tetap bekerja walau Persebaya belum memperpanjang kontraknya. Tepatnya ketika dia menangani cedera gelandang bertahan M. Hidayat setelah libur kompetisi pada Januari.
Kontrak dokter berusia 31 tahun tersebut habis Desember tahun lalu. ’’Saya cinta tim ini. Saya tanggung jawab selama tidak ada dokter pengganti,’’ katanya.
BACA JUGA: Barito Putera vs Persebaya: Prioritas Langsung Serang
Karena itu, dia tetap merawat Hidayat. Pemain asal Bontang, Kalimantan Timur, tersebut bahkan terus dirawat dan akhirnya memilih menjalani terapi di Jakarta. ’’Saya sebenarnya sudah menyiapkan tim fisioterapis untuk menangani Dayat di Surabaya. Tapi, manajer (Chairul Basalamah) minta terapi di Jakarta saja. Ya, saya ikut,’’ lanjutnya.
Bahkan, saat diterapi di Jakarta, Dayat tetap dipantaunya. Trauma yang dialami pemain 22 tahun itu sempat membuat takut turun lapangan. ’’Masih kerasa katanya, padahal sudah sembuh. Saya dampingi terus sesudah itu,’’ ujarnya.
Adhimas menuturkan, beberapa pemain baru yang cedera berada di luar batas kemampuannya. Sebab, ketika pencarian pemain hingga perekrutan, tim medis tidak pernah dilibatkan.
’’David (da Silva) misalnya. Saya kira dia sudah punya riwayat cedera sebelum bergabung. Sebab, ketika bergabung, kami MRI dan terbukti ada masalah pada paha kirinya,’’ bebernya.
Jika dilibatkan dalam perekrutan, Adhimas mengatakan akan bisa mencari riwayat kesehatan pemain. Cedera-cedera yang pernah dialami sang pemain bisa dicek. ’’Kalau tes kesehatan saja, pemain bisa bohong. Bisa nahan untuk tes itu. Tapi, kalau ada riwayat kesehatan, tidak bisa dibohongi,’’ katanya.
Recovery yang tidak maksimal juga menjadi alasan lain mengapa banyak pemain cedera. Selama Liga 1, dokter yang pernah bekerja di RSUP Sanglah, Denpasar, itu sudah memberikan beberapa tahap pemanasan untuk mengurangi risiko atau perawatan cedera.
Dia pun sempat mengungkapkan itu dalam setiap pertemuan tim. ’’Ya dijalankan, tapi tidak teratur. Padahal, pemanasan itu sangat penting bagi pesepak bola. Pemanasan yang benar itu juga mempercepat penyembuhan,’’ terangnya.
Pembiaran menjadi faktor lain yang membuat cedera pemain bertambah parah. Ada beberapa yang sangat memaksakan diri untuk bermain. Walaupun faktanya dia merasakan sakit.
Sementara itu, hingga saat ini, Nelson Alom merupakan pemain Persebaya yang mengalami cedera paling parah. Gelandang 27 tahun tersebut mengalami masalah pada lutut kanan. Dia cedera dalam laga kontra Persija Jakarta (26/6). Hingga saat ini, Nelson belum juga sembuh.
Tentu saja kondisi Nelson mendapat perhatian dari dokter tim anyar, Pratama Wicaksono. ’’Saat ini Nelson dalam tahap penguatan otot. Dan, prosesnya berjalan baik,’’ kata dokter yang akrab disapa Tommy itu.
Cedera Nelson memang cukup parah. Karena itu, penyembuhan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Untungnya, Liga 1 akan memasuki jeda satu bulan karena berbarengan dengan perhelatan Asian Games 2018. (rid/gus/c4/nur)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bejo Terpikat dengan Motivasi Tinggi Dimas Galih
Redaktur : Tim Redaksi