Mantan KSAU Soroti Disiplin Penerbangan di Indonesia

Sabtu, 03 November 2018 – 15:17 WIB
Chappy Hakim. Foto:dok/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udaran (KSAU) Marsekal (Purn) Chappy Hakim menyoroti masalah disiplin penerbangan di Indonesia. Menurut dia, hal penting dalam penerbangan adalah ketepatan waktu karena bisa berdampak pada masalah yang terkait dengan keselamatan.

Chappy mengatakan, pertumbuhan penumpang yang begitu tinggi, berdampak pada tingginya traffic penerbangan. Imbasnya, antrean take off maupun landing juga menjadi padat.

BACA JUGA: 73 Kantong Jenazah Sudah Diserahkan

Menurut Chappy, jadwal penerbangan yang sudah ditetapkan secara rigid oleh air traffic controller (ATC) bandara bisa terkena imbas ketika ada keterlambatan atau delayed. "Akibat ini kita bisa melihat sehari-hari dari komplain para penumpang yang mengeluhkan tentang delayed ," kata Chappy dalam diskusi Awan Hitam Penerbangan Kita di Cikini, Jakarta, Sabtu (3/11). 

KSAU di era Presiden Megawati Soekarnoputri itu menambahkan, delayed dalam penerbangan merupakan hal biasa. Namun, ujar Chappy, delayed harus dikelola.

BACA JUGA: Anggota Penyelam Operasi Lion Air JT610 Meninggal Dunia

"Di situlah peran management airport, airlines dan ATC. Semua punya porsi tanggung jawab untuk on time performance," ungkap Chappy.

Mantan tentara kelahiran Yogyakarta, 17 Desember 1947 itu menambahkan, publik sudah sering mendengar keterlambatan penerbangan yang menimbulkan suasana kaos di bandar udara. Menurut dia, hal itu bisa terjadi petugas maskapai tidak memberikan penjelasan tentang penyebab delayed.

BACA JUGA: Nekat, Perempuan Berkerudung Minta Jokowi Temukan Anaknya

Bahkan, kata dia, kadang-kadang petugasnya kabur.  "Itu sebuah cerminan bahwa disiplin tidak terjadi di sana, tidak terbangun," katanya. 

Karena itu Chappy menegaskan, dunia penerbangan butuh self discipline dengan kesadaran yang tinggi.  Menurut dia, kedisiplinan yang tinggi harus diiringi dengan pengawasan ketat yang terus menerus.

Chappy menegaskan, kedisiplinan yang tinggi harus diiringi dengan pengawasan ketat yang terus-menerus "Itu juga tidak cukup apabila tidak ada efek jera bila terjadi pelanggaran," katanya.

Karena itu Chappy menegaskan, jika keterlambatan diiringi, pelanggaran disiplin dan tak ada efek jera maka risikonya adalah keselamatan penerbangan. "Begitu ketiga hal ini terjadi maka sebenarnya membuka pintu kemungkinan potensi terjadinya kecelakaan," ungkap Chappy. 

Lebih lanjut Chappy menuturkan, pada 2005-2006 terjadi banyak kecelakaan penerbangan di Indonesia. Akibatnya, Federal Aviation Administration (FAA) atau Regulator Penerbangan Sipil Amerika Serikat memasukkan Indonesia dalam kategori dua dalam hal tingkat keselamatan penerbangan.

Namun, sekitar satu atau dua tahun lalu, Indonesia sudah dinilai sebagai negara yang telah berhasil mencapai tingkat keselamatan terbang di atas rata-rata dunia. "Itu suatu prestasi yang luar biasa," tegas Chappy.(boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 3 Korban Lion Air JT610 Berhasil Diidentifikasi, Ini Namanya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler