Mantan Pemain Inggris Itu Akhirnya Memaafkan Maradona

Kamis, 26 November 2020 – 21:08 WIB
Maradona berlari melewati dua bek Inggris Terry Butcher (kiri) dan Terry Fenwick sebelum menciptakan gol kedua saat Argentina menang 2-1 melawan Inggris pada Piala Dunia di Mexico City, 22 Juni 1986. Argentina maju ke semifinal. (Photo by STAFF/AFP)

jpnn.com, INGGRIS - Mantan gelandang Inggris Trevor Steven masih terkenang peristiwa gol 'tangan Tuhan' Maradona pada final Piala Dunia 1986, saat Argentina melawan Inggris.

Steven sulit melupakan peristiwa tersebut, karena akibatnya sangat luar biasa.

BACA JUGA: Kontroversi Tangan Tuhan Maradona, Dibicarakan Sepanjang Masa

Inggris akhirnya kalah 1-2 dari Argentina.

Ia menyatakan kini saatnya menyembuhkan luka yang diakibatkan Maradona kepada Inggris.

BACA JUGA: Hubungan Mendalam Maradona-Castro, Hingga Tanggal dan Bulan Meninggalnya Pun Sama

Sebab Maradona lebih dikenang karena prestasinya dalam sepak bola, daripada gol yang diciptakannya ketika itu.

Maradona meninggal dunia setelah mengalami serangan jantung di rumahnya di pinggiran Buenos Aires, setelah kurang dari satu bulan dari hari ulang tahunnya yang ke-60.

BACA JUGA: Messi dan Ronaldo Bilang Begini Atas Wafatnya Maradona

Tiga puluh empat tahun silam, Argentina menyingkirkan Inggris dari perempat final Piala Dunia di Meksiko ketika Maradona mencetak dua gol dalam jangka waktu empat menit.

Gol pertamanya diabadikan dalam dongeng sepak bola sebagai gol 'Tangan Tuhan'.

Pemain Argentina yang bertubuh mungil itu melompat di depan kiper Inggris Peter Shilton untuk meninju bola sehingga masuk ke gawang yang sudah kosong.

Gol keduanya adalah hasil dari terobosannya yang menawan yang berlari solo dan tidak terduga bisa melewati separuh tim Inggris untuk mencetak gol yang kemudian dikenal sebagai 'Goal of the Century' atau "Gol Abad Ini".

"Dia mencetak gol paling terkenal dalam sejarah sepak bola dunia dan juga gol paling ikonik serta fantastis mengingat situasinya," ujar Steven yang turut bertanding di lapangan menghadapi Maradona ketika itu kepada Reuters.

"Perempat final Piala Dunia itu dimainkan di ketinggian 9.000 kaki di atas permukaan laut dan dalam suhu di atas 100 derajat Fahrenheit ... bermain dalam kondisi tersebut adalah tantangan tersendiri, namun pada saat Anda menyaksikan level yang dia mainkan adalah mendekati mustahil"

Inggris marah dengan cara Maradona mencetak gol pertamanya dan Shilton menyatakan tidak akan pernah memaafkan Maradona.

Steven mengatakan rekan-rekan satu timnya memang marah besar.

"Dia curang dan lolos begitu saja. Dia tidak pernah terlihat mengakui apa yang telah dia lakukan," kata mantan gelandang Everton, Burnley dan Rangers ini.

"Itu menempatkan kami pada jalan tersisih dari piala dunia. Kami merasa peluang potensial kami telah dirampok."

"Saya sudah pasti mengaguminya, tetapi saya tak tahu apakah menyukainya atau membencinya sebagai individu karena efek tindakannya terhadap Inggris, tetapi juga terhadap kelompok pemain itu dan kepada diri saya sendiri."

Walaupun begitu waktu pula yang melunakkan hati mantan pemain timnas Inggris berusia 57 tahun itu.

"Seiring berjalannya waktu, perasaan itu agak berkurang dan luka pun sembuh," kata Steven.

"Anda bisa menganggap Maradona sebagai apa adanya, yakni pesepakbola yang jenius, jenius yang cacat dalam gaya hidupnya, tetapi dalam soal kemampuan sepak bolanya, dia luar biasa."

"Dari semua pemain hebat di seluruh dunia, tak ada yang bisa melakukan seperti yang dia bisa lakukan. Itu (Tangan Tuhan) hanya sepersekian detik tetapi dia melewatkan masa 15 tahun sepak bola profesional di mana dia ... memenangkan penghargaan-penghargaan paling tinggi."

"Jadi kita mesti mengingat dia karena prestasi-prestasi itu ketimbang menjadi sangat picik atau pribadi akibat hari di bulan Juni 1986 itu," pungkas Steven seperti dikutip Reuters.(Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler