jpnn.com - jpnn.com - Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Silitonga membentuk Tim Antibandit untuk mengawal keamanan di Kota Pahlawan tersebut.
Tim itu dibentuknya bukan tanpa alasan. Dia melihat aksi kejahatan jalanan dengan beragam modusnya masih mengintai warga metropolis.
BACA JUGA: Latih Fisik, Polisi Panjat Tower Tiap Hari
Kini ruang gerak para bandit di Surabaya dipastikan lebih sempit. Satreskrim Polrestabes Surabaya menyiapkan delapan tim antibandit.
Mereka akan menyisir setiap jengkal jalanan di metropolis yang rawan kejahatan 3C (curat, curas, dan curanmor).
Berdasar data Satreskrim Polrestabes Surabaya, ada 15 lokasi rawan yang mereka petakan.
Lokasinya tersebar merata di beberapa titik. Ada tiga parameter yang dipakai untuk menganalisis lokasi rawan, yakni laporan yang masuk, kejadian, dan hasil ungkap polisi.
Shinto menjelaskan, hasil ungkap memang perlu dimasukkan sebagai salah satu parameter. Dia memaparkan, jika ada pelaku yang ditangkap di daerah A, secara otomatis pihaknya akan memasukkan daerah A tersebut sebagai kawasan rawan.
"Logikanya, kalau pelaku ditangkap di sana, sangat mungkin tempat itu adalah wilayah operasinya," jelas Shinto.
Polisi dengan dua melati di pundak tersebut menambahkan, saat ini satreskrim memang mencurahkan seluruh kekuatan untuk memberantas kejahatan jalanan.
Perbandingannya adalah 80:20. Sebanyak 80 persen kekuatan reserse dikerahkan untuk melawan para bandit jalanan.
Keputusan itu diambil bukan tanpa alasan. Berdasar data tahun lalu, kejahatan 3C menduduki peringkat pertama.
Sebanyak 32,92 persen kejahatan di Surabaya terjadi di jalanan.
"Kami tidak bisa menghilangkan sepenuhnya. Target kami tahun ini meminimalkan menjadi 30 persen," terang mantan Kasatreskrim Polresta Tangerang tersebut.
Karena itu, polisi kini punya tim antibandit yang siap memberantas begal.
Tim tersebut bersifat permanen selama Shinto menjabat Sikatan 7 (sebutan Kasatreskrim).
Mereka akan mempelajari pola kejahatan yang selama ini terjadi.
Menurut Shinto, para bandit jalanan itu sebenarnya tidak punya variasi modus.
Artinya, cara yang mereka pakai selalu sama. Termasuk bagi residivis yang keluar masuk penjara.
Yang berkembang justru jumlah kelompoknya. Di penjara mereka bisa mendapat partner baru untuk melancarkan kejahatan sesudah bebas.
"Mereka juga belajar bagaimana caranya untuk bisa lolos dari pantauan kami," ungkap polisi asal Medan tersebut.
"Misalnya, kawanan curanmor kini punya tim pantau untuk mengawasi ada atau tidaknya operasi di Jembatan Suramadu," lanjut Shinto.
Siasat bandit tersebut sudah diantisipasi polisi. Selain mengawasi kawasan rawan, polisi akan memelototi titik-titik arah pelarian kendaraan bermotor.
Termasuk mencari data-data siapa saja penadah yang biasa menerima barang curian. (did/bin/c9/fal/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia