jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono melihat adanya penguatan politik identitas sejak Pilkada DKI Jakarta 2017. Tokoh yang kondang dengan inisial SBY itu mengungkapkan, konflik horizontal antarmasyarakat makin tegang karena politik identitas bernuansa suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
"Apa yang berubah? Yang berubah adalah makin mengemukanya politik identitas, atau politik SARA dan politik yang sangat dipengaruhi oleh ideologi dan paham," kata SBY saat memberikan sambutan pada acara pembekalan calon legislatif DPR RI di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11).
BACA JUGA: Di Depan 287 Caleg PD, SBY Akui Prabowo Tak Bawa Untung
SBY menyadari bahwa politik identitas bernuansa SARA selalu menyertai ruang kontestasi politik. Namun, jika kondisinya sudah dalam tingkatan yang ekstrem, katanya, politik dan demokrasi Indonesia menjadi tidak sehat dan berbahaya.
"Apalagi Indonesia adalah negara majemuk yang penuh dengan kerawanan dan konflik. Indonesia pun punya riawayat konflik identitas dan konflik ideologi di masa lalu. Pelajari sejarah bangsa kita sejak Indonesia merdeka 1945, di era Presiden pertama kita Bung Karno, di era Presiden Kedua kita Pak Harto, kemudian reformasi, hingga hari ini," kata SBY.
BACA JUGA: Pesan dari Pak SBY untuk Kader Demokrat di Hari Pahlawan
Presiden Keenam RI itu melihat politik identitas sangat mengemuka akhir-akhir ini. Oleh karena itu, SBY mengajak semua pihak untuk mencegah terjadinya benturan dan menghindari politik identitas.
"Jangan sampai menjadi ekstrem. Lihat apa yang terjadi di banyak negara di dunia saat ini, bukan hanya di Timur Tengah, tetapi juga di negara-negara lain yang mengalami malapetaka besar karena politik identitas," kata SBY.(tan/jpnn)
BACA JUGA: Demokrat Gelar Acara Tak Undang Prabowo-Sandi, Ini Alasannya
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Akui Pemilu 2019 Berat bagi Partai Demokrat
Redaktur : Tim Redaksi