Marak Politik Uang, Demokrasi Indonesia Labil

Sabtu, 14 Desember 2013 – 20:30 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Lima belas tahun setelah reformasi, situasi demokrasi di Indonesia dinilai belum stabil. Hal ini terlihat dari maraknya kecurangan dan politik uang pada Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada).

Situasi tersebut sangat disayangkan oleh mantan aktivis Front Aksi Mahasiswa Indonesia, Andriyanto. Sekjen ProDem ini mengatakan, saat ini banyak pihak yang tidak bisa menerima hasil pemilukada. Bahkan tak sedikit yang menggugat hasil pemilukada ke Mahkamah Konstitusi (MK).

BACA JUGA: Loyalis Anas Desak KPK Usut Penyidiknya yang Punya Vila

"Bahkan beberapa pihak mengekspresikannya dengan praktek kekerasan. Artinya demokrasi yang tidak seperti hari ini, yang memakan biaya besar dan segala macam, sehingga ongkos politik menjadi mahal. Akhirnya, yang rugi ya masyarakat kembali," kata Andriyanto dalam keterangan persnya di Jakarta, Sabtu (14/12).

Direktur Eksekutif Sun Institute ini pun mengajak semua pemangku kepentingan untuk terus memperjuangankan reformasi. Ia menegaskan, tak ada kata berhenti dalam reformasi.

BACA JUGA: SBY Ngomong soal Rusuh Jelang Pemilu Dianggap Wajar

"Hari ini memang kita mengalami kebebasan, tapi kan kebebsan yang seperti apa? Ada pemilu yang 5 tahun sekali yang cukup bebas, tapi apakah pemilu itu ada korelasi dengan demokrasi untuk kesejahteraan," tandasnya. (dil/jpnn)

BACA JUGA: Penganiaya Kalapas Suka Goda Napi Wanita

BACA ARTIKEL LAINNYA... Amir: Seluruh Napi Sudah Kembali Ke Sel


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler