Marhaban Ya Ramadan

Senin, 01 September 2008 – 13:14 WIB
KH Mustofa Bisri
SETIAP datang bulan Ramadan, kaum muslimin menyambutnya dengan menyatakan, ''Marhaban Ya Ramadhan, Selamat Datang, Ramadan!''Seolah-olah Ramadan merupakan tamu yang dinanti-nantikan kedatangannya

BACA JUGA: Celaka 13!



Tapi, tamu yang dinanti-nantikan kedatangannya belum tentu karena tamunya itu sendiriSering orang menanti-nanti kedatangan tamu karena mengetahui dan mendambakan apa -atau apa-apa- yang dibawa si tamu.

Mungkin, memang ada yang menanti-nanti datangnya bulan Ramadan karena alasan yang bersifat religi atau bahkan spiritualNamun, banyak yang menyambut bulan itu justru karena keistimewaan-keistimewaan duniawi yang menyertainya.

Industri pertelevisian, misalnya, jauh-jauh hari -jauh sebelum para kiai pesantren menyusun jadwal pengajian pasanan- sudah menyiapkan jadwal acara yang akan ditayangkan selama bulan Ramadan
Artis-artis dan ustad-ustad metropolitan jauh-jauh hari sudah banyak yang dikontrak untuk mengisi acara-acara bulan suciPedagang-pedagang jauh-jauh hari sudah ancang-ancang menaikkan harga-harga kebutuhan pokok, terutama makanan

Ibu-ibu rumah tangga juga sudah menyiapkan menu-menu istimewa yang akan disuguhkan dalam acara-acara buka dan sahur nantiInstansi-instansi dan ormas-ormas (orpol-opol tentu tidak mau ketinggalan) sudah menyusun agenda buka bersama dengan acara-acara 'kerohanian' dan atau sekaligus konsolidasiBagi mereka yang menjadi calon dan menghadapi pilihan-pilihan -pilkada, pilgub, dan pileg -pemilihan legislatif)- bulan Ramadan (ada yang menyebut Bulan Kemenangan) tentulah merupakan medan yang sangat diperhitungkan kaitannya dengan taktik-strategi pemenangan. 

Yang mungkin tidak jelas niat dan tujuannya adalah mereka yang menyongsong bulan suci Ramadan ini dengan agenda melakukan swiping, termasuk men-swiping warung-warung yang buka siang hariUntuk menghormati bulan Ramadan ataukah membantu mereka agar kuat puasa karena tidak banyak godaan?

Tanpa dihormati, bulan Ramadan sudah sangat terhormatRamadan sangat terhormat terutama karena pada bulan ini Kitab Suci Alquran diturunkan (Baca Q2: 185)Pada bulan ini, seperti diberitakan Rasulullah SAW, pintu surga dibuka (HR Bukhori Muslim dari sahabat Abu Hurairah).

Justru karena keterhormatan Ramadan itulah, kaum beriman dengan gairah menunggu-nunggu kedatangannyaMereka ingin mendapatkan berkah RamadanTerluberi keterhormatannyaPada bulan suci, bulan di mana diturunkan kitab suci ini, mereka ingin benar-benar menyucikan diri; setelah sebelas bulan boleh menjadi tergelepoti oleh noda-noda yang menghambat perjalanan mereka menuju hadirat-Nya.

Pada bulan di mana pintu surga dibuka, adalah kesempatan emas bagi mereka yang ingin memasukinya''Semua umatku masuk surga,'' sabda Rasulullah SAW, ''kecuali mereka yang tidak mau.'' Adakah orang yang tidak mau atau tidak ingin masuk surga? Mungkin, setiap mulut akan menjawab, tidak adaSemua orang mau dan ingin masuk surgaHanya, jawaban mulut ini masih perlu diuji dengan perilaku dan perbuatanBila, misalnya, sorga berada di barat dan Rasulullah SAW menuju ke sana, sekalipun Anda mengatakan mau dan ingin masuk surga, tapi Anda berjalan menuju ke timur, siapakah yang percaya Anda mau dan ingin ke surga?

Memang, mulut kita sering mengucap berbeda, bahkan berlawanan, dengan tindakan kitaMulut kita mengatakan, misalnya, politik itu kotor, tapi kita tak juga beranjak pergi dari kubangan politikMulut kita mengkritik dan mengatakan wakil rakyat brengsek, tapi kita terus berlomba mendaftarkan diri jadi calon wakil rakyatKita berteriak-teriak hormatilah bulan suci Ramadan, tapi tindakan kita justru menodainyaTentu karena inilah, kelak di hari kiamat, mulut-mulut kita dikunci dan tangan-tangan kita yang berbicara, kaki-kaki kita yang bersaksi (Baca Q36: 65).

Di bulan Ramadan lagi-lagi Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada kita, hamba-hamba-Nya iniDia menjadikan bulan suci ini waktu khusus untuk kita melatih diri menjadi manusia yang lurus dan jujurLurus dan jujur kepada diri sendiri dan lepada-Nya

Lurus dan jujur dalam pengabdianLurus dan jujur dalam beribadah kepadaNyaSesuatu yang manfaatnya kembali kepada diri kita sendiri.

Dalam berpuasa, tak ada seorang pun yang tahu apakah kita benar-benar berpuasa, atau apakah kita benar-benar berpuasa karena Allah? Tidak ada yang tahu kecuali AllahRamadan hanyalah antara kita dan AllahMaka, puasa Ramadan, Ia sendiri yang akan mengganjarnya

Marhaban Ya Ramadhan, Selamat Datang Ramadan!

---

KH Mustofa Bisri , pengasuh pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler