jpnn.com - Belakangan ini kita menemukan rupa tokoh politik yang menggangu keadilan. Di penghujung Ramadan, justru para tokoh oposan kembali menyemai kebencian.
Kehadiran Kiai Yahya Cholil Staquf dalam American-Jewish Committee (AJC) di Israel menjadi pembahasan hangat. Sebagai bangsa yang berdaulat dan bermartabat, kita juga harus adil dalam pikiran.
BACA JUGA: Ini Syarat dari Israel untuk Izinkan WNI Masuk ke Wilayahnya
Publik tidak boleh dibiarkan terus-terusan mengonsumsi informasi menghasut yang didasari pada upaya penyebaran kebencian dan syahwat kekuasaan. Harus dicatat bahwa kehadiran Kiai Yahya C Stafuq di Israel bukan atas nama Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU).
Kiai Staquf juga tidak mengatasnamakan diri sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres). Kapasitas beliau hadir di Israel adalah sebagai pribadi, sebagai seorang yang memperjuangkan ide-ide keadilan dan perdamaian yang digagas oleh guru beliau, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
BACA JUGA: Kiai Yahya ke Israel, Mardani Salahkan Jokowi
Kiai Staquf punya misi jelas. Misinya adalah mendorong upaya dialog perdamaian antar-warga (people to people dialogue).
BACA JUGA: Taufik: Kunjungan Yahya Staquf Nodai Diplomasi Indonesia
Beliau mengupayakan strategi memengaruhi masyarakat sipil di dunia demi terbangunnya dialog perdamaian, khususnya yang berhubungan dengan perjuangan bangsa Palestina.
Niatan luhur Kiai Yahya Cholil Stafuq patut didukung oleh semua pihak. Pendekatan kekerasan, apalagi menggunakan militer, tidak pernah menghasilkan perdamaian yang langgeng. Bahkan hanya menghasilkan lingkaran kekerasan yang tidak ada ujungnya.
Kita mencatat pernyataan Presiden Joko Widodo tentang kehadiran Kiai Staquf di acara AJC yang bukan sebagai representasi pemerintah RI. Begitu juga pernyataan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj yang menyebut kehadiran Kiai Staquf bukan atas nama NU.
Sudah sangat jelas bahwa politik luar negeri kita berprinsip bebas aktif dalam mendorong terwujudnya perdamaian dunia. Oleh karena itu, kehadiran Kiai Staquf harus diapresiasi sebagai wujud praktek diplomasi internasional sebagaimana amanat konstitusi.
Kita harus jujur mengakui bahwa presentasi Kiai Staquf di forum AJC tidak membenarkan invasi dan kekerasan oleh Israel terhadap Palestina. Tidak satu pun.
Justru, Kiai Staquf menegaskan tentang dunia yang sedang dilanda krisis beragama. Agama hanya dijadikan alat untuk berkuasa dan mencari keuntungan. Tidak terkecuali di Indonesia dengan masyarakat yang majemuk dan hidup dalam kebinekaan.
Dalam konteks ini Kiai Staquf justru meminta umat Islam harus berubah agar tidak mudah terjebak dengan kepentingan-kepentingan pemburu kuasa. Karena tidak ada obat yang paling mujarab, selain merubah pola atau gaya hidup.
Bahkan, Kiai Staquf dalam paparannya di forum AJC menyampaikan pesan tentang rahmah atau kasih sayang. Sebuah konsep keadilan yang baik bagi semua umat manusia tanpa terkecuali.
Tidak ada jalan lain selain memilih rahmah dalam merawat serta menciptakan perdamaian dunia. Karena itu, rakyat Indonesia harus bisa menghindari provokasi.
Mereka yang menghujat bisa jadi berupaya memecah belah umat Islam di Indonesia. Oleh karena itu, marilah di bulan yang baik ini kita tidak merusak rasa damai dalam berbangsa. Selamat Hari Raya Idulfitri 1439 Hijriah.
*Penulis adalah Pendiri Pusat Kajian Pengembangan Berdikari (PKPBerdikari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kharis Anggap Yahya Menyakiti Palestina dan Umat Islam
Redaktur : Tim Redaksi