Marzuki: Prabowo-Hatta Putaran Sejarah

Selasa, 20 Mei 2014 – 06:58 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Partai Demokrat (PD) baru akan mengumumkan keputusan final partainya menghadapi Pilpres 9 Juli, hari ini (19/5).

Namun demikian, ada ruang keputusan akhir partai yang dikomandani Susilo Bambang Yudhoyono itu nantinya akan berbeda dengan aspirasi mayoritas peserta Rapimnas yang menghendaki Demokrat netral.
    
Tadi malam, SBY mengundang pasangan Prabowo-Hatta datang ke kediamannya, Cikeas, Bogor. Mereka yang disertai sejumlah pimpinan partai anggota koalisi poros Gerindra lainnya, datang sekitar pukul 8 malam. Pertemuan diantara mereka berlangsung sekitar satu jam.
       
Setelah pertemuan, Sekretaris Majelis Tinggi PD Jero Wacik mengungkapkan kalau memang ada kecenderungan partainya mendukung pasangan tersebut. Pasalnya, saat deklarasi duet Prabowo-Hatta, sempat muncul pernyataan tentang keinginan pasangan itu melanjutkan program Presiden SBY selama 10 tahun terakhir. "Kalau memang segaris, masak ya nggak kita dukung?" kata Jero.
         
Namun demikian, lanjut dia, partainya kemungkinan akan tetap bersikap netral hingga waktu pendaftaran pasangan capres-cawapres. Sikap PD akan sangat ditentukan keselarasan visi pasangan tersebut dengan visi PD. "Intinya, kami akan dengar dulu visi dan misi Prabowo-Hatta ke depan," pungkasnya.  
       
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Tinggi PD Marzuki Alie telah memberi sinyal dukungan kepada pasangan Prabowo-Hatta. Meski tidak menyatakannya secara gamblang, ketua DPR itu memberikan sinyal dukungannya dengan mengaitkan keberadaan duet tersebut dengan fakta sejarah. "Prabowo-Hatta putaran sejarah bangsa," kata Marzuki.
       
Dia lalu membeber bahwa pada abad 7, kerajaan Sriwijaya yang ber-base di Palembang berjaya. "Abad 14, Majapahit berjaya. Dan, abad 21 (baca: 7 + 14, Red) Sriwijaya dan Majapahit bersatu, Indonesia Jaya," kata salah satu peserta konvensi capres Partai Demokrat yang juga berasal dari Palembang itu.
       
Terpisah, Wasekjen DPP PD Ramadhan Pohan menegaskan kalau seluruh kader Demokrat siap dengan apapun keputusan Majelis Tinggi menghadapi pilpres mendatang. "Jika ada keajaiban koalisi, kami siap. Jika tetap, definitif netral, kami lebih siap lagi," kata Ramadhan.
    
Sebelumnya, di forum Rapimnas, mayoritas peserta menghendaki agar Demokrat menghadapi pilpres nanti mengambil posisi netral. Artinya, tidak mendukung Jokowi maupun Prabowo.

BACA JUGA: Rhoma Bisa Bawa Kader PKB tak Pilih Jokowi-JK

Didasarkan pada hasil jajak pendapat, sebanyak 56 persen menghendaki opsi tersebut. "Tinggal fokus evaluasi, refleksi, benahi partai, dan jadikan 20 Mei sebagai Day-1 persiapan menuju 2019. Itulah era "Mari Bung Rebut Kembali"," tegas Ramadhan.
    
Menurut dia, partainya adalah partai modern, bermartabat, yang tidak kemaruk kekuasaan. PD, lanjut dia, tidak akan merengek-rengek jabatan dan kekuasaan. "PD juga menolak arogansi, kesombongan anti-komunikasi, termasuk juga politik ala pokoke," sindirnya.
    
Karena itu lah, dia menambahkan, kalau pihaknya termasuk yang bangga sikap yang diambil SBY sebagai ketua umum di forum rapimnas. Meski belum memastikan sikap final partai, SBY telah menegaskan kalau akan sangat memperhatikan aspirasi mayoritas kader yang ingin partai bersikap netral dalam pilpres.
    
"Itu strategi yang cespleng di tengah kompleksitas politik. Saya dan para kader bangga, respek pada sosok dan sikap ketum, (yang juga) ketua Majelis Tinggi Partai  PD Susilo Bambang Yudhoyono," pungkasnya. (ken/dyn/agm)

BACA JUGA: Golkar Mainkan Skenario 2004

BACA JUGA: PD Beri Sinyal Dukung Prabowo-Hatta

BACA ARTIKEL LAINNYA... Abraham Samad Digoyang di Internal KPK


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler