Nick Yeomans dan istrinya Josie mengira mereka mendapat durian runtuh saat investasi Bitcoin mereka meningkat hingga tiga kali lipat dalam waktu enam bulan.
Bagi investor pemula seperti keduanya, penyedia layanan perdagangan mata uang kripto Coinexx.org terlihat meyakinkan.
BACA JUGA: Berdalih Pengungsi, Banyak Warga Malaysia Minta Visa Perlindungan di Australia
Secara perlahan keduanya mengelontorkan uang ke akun dan mendapat keuntungan yang luar biasa. Mereka bahkan sampai meyakinkan anggota keluarganya untuk berinvestasi hingga AU$20.000, atau lebih dari Rp 200 juta.
Tapi saat mereka tidak ada uang lagi untuk disetorkan, tiba-tiba ada biaya yang membengkak, keuntungannya pun berkurang jauh menjadi lebih kecil, hingga tidak ada akses untuk mendapatkan uang mereka.
BACA JUGA: Angka Penularan HIV di Australia Terendah Dalam 18 Tahun
Saat itu pula mereka mendapatkan sebuah pesan yang dikirim lewat Whatsapp. Photo: Setelah terjebak dalam hutang, Nick mendapatkan pesan ini di Whatsapp. (Koleksi pribadi)
BACA JUGA: Catatan Najwa Akan ke Melbourne Mengajak Warga Diaspora Merawat Indonesia
"Mari saya selamatkan kamu dari stress, kamu sudah melewati banyak hal. Coinexx adalah penipuan. Begitu pula empunya dan orang-orang yang terlibat," pesan tersebut berbunyi.
"Tidak perlu repot untuk mendapat uang kamu kembali. Fokus pada mencari uang untuk menjaga keluargamu."
Beberapa saat kemudian perusahaan tersebut pun menghentikan semua komunikasi dengan mereka.
"Saya terhenyak dan merasa sakit. Hancur hidup kita. Hanya itu yang kupikirkan," kata Nick.
"Kita tidak memiliki apa-apa lagi, tanpa penghasilan dan dengan banyak hutang yang berbunga tinggi, bagaimana kita bisa keluar dari masalah ini?"
"Saya hanya ingin menangis." Photo: Tampilan dari situs Coinexx.org yang sekilas tampak meyakinkan. (Coinexx.org)
Nick mengatakan awalnya ia pun sempat ragu saat pertama kali mengetahui Coinexx.org (bukan Coinexx.com) lewat sebuah grup di Facebook.
Ia memutuskan untuk mengambil risiko dari "apa yang sudah diperkirakan sebagai penipuan".
Tetapi, yang mengejutkannya, Coinexx mengambil uangnya sebesar AU$ 1.400, atau lebih dari Rp 14 juta dan memberikannya AU$ 3.700, atau lebih dari Rp 37 juta dalam waktu enam bulan.
Mereka juga mengaku selama beberapa bulan menggantungkan hidupnya dari pembayaran yang diberikan perusahaan tersebut, Nick pun berhenti dari pekerjaannya dan mereka merestrukturisasi keuangan mereka lewat Coinexx. Photo: Kedua pasangan mendapatkan akses login ke situs perusahaan untuk mengecek pertumbuhan "investasi" mereka. (ABC News: Jordan Hayne)
Sepertinya, keluarga Yeomans sudah terjebak dalam penipuan skema Ponzi.
"Dari deskripsi dan pesan yang diterima korban terlihat seperti skema Ponzi," ujar seorang juru bicara Komisi Kompetisi dan Konsumen Australia (ACCC).
Tapi juru bicara ACCC mengaku belum pernah menerima keluhan soal Coinexx.org.
Diduga perusahaan tersebut memberikan keuntungan dari uang yang disetor oleh pelanggan lain, bukan murni dari perdagangan Bitcoin.
Pasangan asal Canberra tersebut adalah satu di antara semakin banyaknya warga Australia yang menjadi korban penipuan investasi yang berkedok perdagangan mata uang kripto, yang nilainya berfluktuatif.
Menurut lembaga Scamwatch dibawah ACCC, penipuan investasi yang melibatkan Bitcoin dan mata uang kripto lainnya telah meningkat signifikan di tahun 2019.
Hingga 31 Mei 2019, lebih banyak warga Australia yang melaporkan kerugian akibat penipuan investasi daripada yang terjadi di tahun 2018.
Simak berita-berita ABC Indonesia lainnya di sini
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Teroris Anggota ISIS Rencanakan Serangan Teror Di Sydney