Masalah Iklim Dunia Turut jadi Sorotan Dalam ASEAN Business and Investment Summit

Rabu, 06 September 2023 – 03:05 WIB
Diskusi panel bertema Decarbonizing Southeast Asia: Charting ASEAN’s Pathway to a Net-Zero Future, di acara ASEAN Business and Investment Summit (ABIS), pada Minggu, (3/9). Foto source for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Chief Sustainability Officer, Standard Chartered Bank, Marisa Drew mengatakan, instuisi keuangan memegang peranan penting dalam mengerahkan modal dari sektor swasta dan menciptakan solusi keuangan bagi negara-negara berkembang, termasuk ASEAN.

Upaya kolaboratif antara lembaga pemerintah, sektor swasta, organisasi multilateral, dan masyarakat sipil dinilai penting untuk mempercepat transisi energi yang adil dan terjangkau di kawasan ASEAN ataupun kawasan lainnya.

BACA JUGA: BTN Siap Meramaikan Event Marathon Bergengsi Tingkat Dunia

“Kami percaya tidak ada satu bank manapun yang bisa membantu proses transisi menuju net zero dengan sendiri, dan karena itu memerlukan upaya kolaboratif," kata Marisa dalam diskusi panel bertema Decarbonizing Southeast Asia: Charting ASEAN’s Pathway to a Net-Zero Future, di acara ASEAN Business and Investment Summit (ABIS), pada Minggu, (3/9).

Marisa mencontohkan keterlibatan Standard Chartered dalam inisiatif Just Energy Transition Partnership (JETP), yang mendorong adanya upaya bersama di tingkat global demi tercapainya dekarbonisasi.

BACA JUGA: Telkom Group Gelar Event Internasional BATIC 2023, Bakal ada Kejutan

Sebagai salah satu partisipan JETP, Standard Chartered berkontribusi dalam komitmen penyediaan modal, berbagi ide dan praktik terbaik, serta berinovasi untuk menghadirkan sumber-sumber alternatif pembiayaan baru.

Selain JETP, Standard Chartered juga turut berperan dalam terobosan lainnya dalam upaya peningkatan pembiayaan hijau.

BACA JUGA: 4 Unit PLTU Suralaya Dimatikan, Kualitas Udara Jakarta Masih Buruk

"Kami adalah pemegang saham dan salah satu pendiri Climate Impact X, sebuah terobosan besar dalam menciptakan perdagangan karbon yang berfokus pada Asia di mana kita dapat membeli dan menjual carbon credit secara transparan untuk membantu mendanai transisi net zero," tuturnya.

Climate Impact X merupakan salah satu pelopor kehadiran bursa karbon di ASEAN yang bisa menjadi percontohan bagi banyak negara ASEAN lainnya.

Di sesi yang sama, Managing Director of the Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ) Yuki Yasui menyebut pihaknya memiliki empat strategi pembiayaan untuk mendukung dekarbonisasi ekonomi riil.

Pertama, yaitu mendukung proyek-proyek ramah lingkungan dan perusahaan-perusahaan ramah lingkungan.

Kedua, pembiayaan terhadap perusahaan yang memiliki komitmen pencapaian emisi nol karbon. Ketiga, mendanai transisi perusahaan-perusahaan yang saat ini sedang berupaya melakukan dekarbonisasi.

Terakhir, mendukung pensiun dini aset perusahaan yang tidak ramah lingkungan.

"Dan agar lembaga-lembaga keuangan benar-benar mau membiayai keempat kelompok pembiayaan ini, yang kita miliki adalah kerangka kerja umum yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga keuangan dalam implementasinya dan seperti sebuah rencana aksi," sebutnya.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pihak swasta diharapkan bisa mendukung penanganan secara keseluruhan dalam mengatasi masalah iklim.

Tentunya dalam mewujudkan hal tersebut harus dilakukan melalui kemitraan dan kolaborasi antar semua stakeholder.(chi/jpnn)


Redaktur & Reporter : Yessy Artada

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler