Masih Bau Kencur, PSI Jangan Melawan Senior

Kamis, 07 Juni 2018 – 06:10 WIB
PSI. Foto: Ist

jpnn.com, JAKARTA - Gaya berpolitik Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang agresif dan kritis dinilai justru akan jadi bumerang. Partai anyar itu bisa ditinggal pemilih kalau terus menyerang pihak-pihak yang dianggap bersebrangan.

Pengamat politik Voxpol Center Syarwi Pangi Chaniago mengatakan, sebagai partai baru, PSI harusnya bermanis-manis ke partai atau kelompok lain. Lebih banyak merangkul, bukan memukul.

BACA JUGA: PSI Ajak Mahasiswa Perangi Radikalisme di Kampus

"Dalam politik itu hanya dua, mencari kawan atau cari lawan. Itu menurut saya berlaku untuk partai lama, yang sudah terbukti track record-nya," kata Pangi kepada INDOPOS, Rabu (6/6).

Jika sikap menyerang ini dilakukan oleh PSI selaku partai baru, ujarnya, justru akan menurunkan elektabilitas.

BACA JUGA: PSI Segera Beber Hasil Polling soal Bakal Cawapres Jokowi

"Mestinya tetap pada trayek, menjaga fatsun politik. Ada aturan main dan etika. Jangan tabrak sana sini. Apalagi pengurus dan kader PSI ini anak-anak muda yang optimis, yang menjunjung fatsun politik. Jangan menyerang sana sini. Apalagi partai senior yang sudah pengalaman, jangan diajari," tegas pengajar di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulloh ini.

Apalagi jika PSI menyerang pribadi mantan Presiden RI Soeharto yang dinilai gagal dalam memimpin orde baru.

BACA JUGA: Semoga Amien & Prabowo Ingatkan Habib Rizieq soal Kasusnya

"Jangan lupa bahwa Soeharto itu masih di cintai rakyat. Terakhir Soeharto disebut dalam sebuah riset presiden yang paling sukses dan berhasil. Bahkan di sejumlah media sosial justru banyak meme yang justru membandingkan pemerintahan Soeharto lebih enak dibanding zaman Jokowi," tukasnya.

Jadi, lanjut Pangi, dirinya mengimbau lebih baik PSI banyak bermain kepada adu gagasan. Tetap pada trayek platform dan ideologi parpol dalam membangun negeri ini untuk menjadi lebih baik.

Kemudian, merangkul partai-partai atau politisi senior. "Bukan malah over convidence untuk melawan mereka," imbaunya.

Pendapat lain disampaikan pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Jakarta, Hendri Satrio. Tidak sepantasnya PSI menabrak sebagian besar partai politik.

"Ya saya sih pribadi menyayangkan hal itu dilakukan oleh PSI, melawan banyak pihak demi mencari popularitas," ucapnya kepada INDOPOS.

Meski begitu, dirinya mengakui hal itu disebabkan minimnya jam terbang yang dilakukan oleh PSI. "Saya kira ini karena mereka masih muda yang kurang pengalaman politik. Demi menaikkan elektabilitas, maka semua hal dikomentarinya, hingga menjadi perdebatan di publik," terangnya.

Bahkan jika tidak dikemas secara apik, malah akan menjadi bumerang buat PSI. “Jangankan untuk lolos Parliamentary Threshold, berdasarkan survei di berbagai lembaga, elektabilitasnya PSI justru tidak lebih dari satu persen," tandasnya. (dil)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Amien Rais Pengin Disowani Jokowi? Ini Respons Grace Natalie


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler