Ketenaran nama Dusun Sebadok itu justru berbanding terbalik dengan kondisi warga daerah tersebut. Warga Sebadok masih trauma dengan peristiwa yang dianggap masih teka-teki tersebut.
Terhadap peristiwa tersebut, memang belum ada keterangan resmi dari kepolisian maupun dari pihak kesehatan sendiri. Walau muncul dugaan kuat bahwa penyebab tewasnya enam warga ini karena faktor keracunan. Meski demikian, warga tetap masih bertahan dipengungsian dan jumlahnya terus bertambah.
Dari beberapa informasi dilapangan yang masih perlu dibuktikan, ada diantaranya terkait dengan isu mistis. Beberapa warga di pengungsian saat ditemui Pontianak Post menceritakan informasi-informasi tersebut. Tetapi ada juga yang enggan berbagi cerita terkait isu mistis tersebut.
Sipilinus (31) yang merupakan warga asli Sebadok, Senin (13/2) siang menceritakan bahwa sebelum kejadian, tepatnya seminggu sebelumnya siswa di sekolah sering mengalami kerasukan makhluk halus. Setelah kejadian di sekolah tersebut, kemudian dibuat acara adat di sekolah yang biasa dikenal dengan sebutan Adat Pantang. Paska dilakukan acara adat tersebut, tidak ada lagi terjadi kerugian serupa.
Ia lantas menceritakan bahwa pada malam kejadian tepatnya setelah enam warga tewas tersebut ada beberapa warga yang mendengar teriakan-teriakan Triu dari arah Lereng Gunung Kuru di Sebadok. Warga mendengar suara itu pada Sabtu malam.
Hampir senada dengan Sipilinus, warga Sebadok lainnya, Sulam (36) menceritakan bahwa sebelum kejadian ada beberapa anak-anak SMP di Sebadok yang kesurupan.
Untuk kasus yang terjadi Sabtu kemarin, dari awal memang tidak ada tanda-tanda aneh. Hanya saja karena isu virus dan wabah sehingga semua ketakutan.
"Informasi awalnya warga ada melihat ular di daerah setempat. Ular sebesar pergelangan tangan orang dewasa dan berwarna hitam. Kemudian yang melihat mengambil solar dan membakar tempat disemak-semak yang diduga tempat bersembunyinya ular. Tetapi habis dibakar warga tidak lagi menemukan ular yang dimaksud. Saya tidak tau benarnya yang mana, karena yang paling santer isunya adalah wabah yang menakutkan," ungkapnya ibu beranak tiga tersebut.
Paska kejadian tersebut, sementara waktu ia dan anak-anaknya menginap ditempat pengungsian.
Selain itu juga, dikarenakan ada acara adat pantang atau yang dikenal juga dengan Belala. Jadi paling tidak seminggu lagi baru ia dan masyarakat lainnya bisa kembali ke kampung kelahirannya.
"Adat ini yakni orang luar belum boleh masuk kampung tersebut, sedangkan yang sudah ada didalam tidak boleh keluar. Kalau melanggar biasanya dikenakan denda. Adat tersebut berlaku sejak Minggu (12/2) kemarin. Adat dilaksanakan pada Minggu sore sekitar pukul 16.00 wib," jelasnya.
Warga lainnya, Dimbu (48) mengaku tidak terlalu tahu situasi yang sebenarnya. Karena pada saat itu (sabtu, red) ia sedang bekerja menoreh getah dan pulang sekitar pukul 16.00 wib. Ia kemudian mendengar dari orang-orang setempat tentang kejadian tersebut. Dalam kondisi panik dan cemas ia pergi keluar kampung sekitar pukul 21.00 wib bersama keluarga.
"Awalnya mengungsi di Gereja Berinang. Disana menginap satu malam di Berinang kemudian mengungsi ke Ngabang," katanya.
Mansur (44) yang ada di rumah salah satu pengurus DAD Kabupaten Landak, Syaidina. Mansur yang di damping Syaidina mengatakan, sebelum kejadian kematian misterius ini ada kejadian seperti suara teriakan orang ramai pada malam hari namun saat di lihat tidak terlihat satupun manusianya atau biasa disebut triu. Hal lain juga pernah terjadi, petir yang sangat kuat tidak seperti biasanya setelah suara triu tersebut.
Para pengungsi yang ada di tempat penampungan mengingikan agar pemerintah dan pihak-pihak terkait agar segera dapat mengungkapkan kasus misterius ini.
"Mohon apa yang terjadi di daerah kami agar segera diungkapkan dengan tuntas. Hal ini sangat penting agar kita semua dapat tenang dan kami para pengungsi ini dapat kembali hidup normal. Sudah tidak betah tinggal di penampungan ini dengan segala keterbatasanya. Kita semua selalu berpikir bagaimana rumah, ternak, ladang dimana padi sudah saatnya dipanen, kerjaan kami dan terutama sekolah anak-anak kami serta banyak masah lain yang menjadi pemikiran kita selama di pengunsian ini," ungkapnya.(sgg)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Galunggung Status Waspada
Redaktur : Tim Redaksi