Masyarakat Seni Harus Ikut Mengawal dan Meyebarkan Pancasila

Minggu, 26 November 2017 – 06:24 WIB
Garuda Pancasila. Foto/ilustrasi: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, MALANG - Konsep pembangunan kebudayaan nasional diperlukan untuk melestarikan kebudayaan Indonesia yang berbasis pada kepribadian asli Indonesia. Dalam kaitan itulah MPR menjadikan seni budaya tradisional seperti wayang kulit sebagai salah satu metode untuk menyosialisasikan Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pada Sabtu (25/11) malam, Sekretariat Jenderal MPR RI menyelenggarakan pergelaran wayang kulit di Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ada ratusan masyarakat dari berbagai daerah di Malang dan sekitarnya menyaksikan pergelaran wayang kulit berlakon Wahyu Makutoromo yang dimainkan dalang Ki Ardhi Purboantono itu.

BACA JUGA: Guru Tunanetra Dapat Hadiah Umroh dari Zulkifli

Pergelaran wayang kulit itu dibuka oleh Ketua Badan Sosialisasi MPR RI Dr. Ahmad Basarah. Secara simbolis, pembukaan ditandai dengan penyerahan tokoh wayang  kepada Ki Ardhi Purboantono.

Turut hadir pada pagelaran tersebut Kepala Biro Humas Setjen MPR RI Siti Fauziah SE, MM, Kepala Bagian Pemberitaan Setjen MPR Muhamad Jaya, Ketua DPRD Kabupaten Malang Haris Sasongko, Ketua DPRD Kota Malang Abdul Hakim, para kepala desa di Kecamatan Tumpang, Kapolsek dan para Muspika Kecamatan Tumpang.

BACA JUGA: Para Dosen dan Daya Koreksi Terhadap Perkembangan Kebangsaan

Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR melalui pergelaran wayang kulit dengan judul Wahyu Makutoromo dengan dalang Ki Ardhi Purboantono di Desa Pulungdowo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (25/11). Foto: Humas MPR

BACA JUGA: Pemuda Indonesia Harus Bisa Beradaptasi di Era Gobalisasi

Ahmad Basarah yang mewakili pimpinan MPR RI dalam sambutannya mengatakan, Bangsa Indonesia pasca-reformasi mulai meminggirkan Pancasila dengan menghilangkan P4, BP7 hingga menghapuskan mata pelajaran PMP di sekolah-sekolah. Alasannya karena P4, BP7 ataupun PMP dianggao sebagai alat kekuasaan Orde Baru. 

“Proses itu kini turut diperparah oleh masuknya fundamentalisme pasar dan agama yang  beroperasi secara agresif di tengah masyarakat,” ujarnya.

Basarah melanjutkan, masuknya ideologi asing tersebut membuat bangsa Indonesia mengalami serangan politik adu domba. Menurutnya, politik adu domba merupakan satu strategi untuk memuluskan ideologi asing untuk masuk. Tujuannya, agar bangsa Indonesia meminggirkan dan mengganti Ideologi Pancasila dengan ideologi lain.

Kampanye propaganda liberalisme dan radikalisme kini memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dengan sasaran para generasi muda. Bahkan, lingkungan masyarakat  luas kini menjadi target bagi bersemainya bibit-bibit paham radikalisme, komunisme, lndividualisme dan liberalisme seperti fenomena deklarasi khilafah, LGBT, gaya hidup bebas, penyebaran kebencian, narkoba dan lain-lain, tuturnya. 

"Untuk itulah MPR menyosialisasikan nilai-nilai Empat Pilar MPR ke seluruh penjuru Indonesia melalui seni budaya dengan tujuan agar Bangsa Indonesia memiliki daya tahan ideologis menghadapi masuknya ideologi-ideologi asing yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia" sambung ketua Badan Sosialisasi MPR RI itu.

Lebih lanjut Basarah mengatakan, seni budaya asli Indonesia sudah seharusnya menjadi solusi dalam menjawab tantangan zaman.  Masyarakat seni budaya harus berada di garda terdepan dalam mengawal, mengamankan dan menyebarluaskan ideologi Pancasila ke seluruh rakyat Indonesia. 

“Berada di depan, mencegah paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila agar tidak masuk ke lingkungan masyarakat. Sehingga, generasi muda bangsa ini adalah generasi-generasi yang nasionalis, patriotik dan berjiwa Pancasila,” pungkas Basarah.

Sebelumnya Kepala Biro Humas Setjen MPR RI Siti Fauziah SE, MM sebagai panitia pelaksana dalam laporanya menyampaikan, sosialisasi melalui seni budaya merupakan salah satu dari berbagai metode yang sudah dilaksanakan Setjen MPR. Sosialisasi Empat Pilar sudah dilakukan dengan berbagai metode, seperti ToT, FGD, LCC, outbound, seminar dan diskusi.

"Tidak hanya wayang, budaya nusantara sangat variatif. Saat MPR melakukan sosialisasi melalui metode ini akan disesuaikan dengan budaya masing-masing daerah," jelasnya.
 
Sedangkan Ketua DPRD Kabupaten Malang Hari Sasongko dalam sambutannya mengharapkan sosialisasi Empat Pilar MPR RI harus terus digelorakan. Dengan demikian pesan-pesan Empat Pilar MPR RI dapat tersampaikan ke masyarakat melalui pagelaran seni budaya.

“Selain itu, melalui metode sosialisasi ini kita bisa menjaga kebinekaan sehingga tidak hanya sebagai tontonan tapi juga dapat dituangkan pada kehidupan sehari-hari,” ujarnya.(adv/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Zulkifli Hasan Kutuk Serangan Bom di Mesir


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler