Masyarakat Sudah Pintar, Dikotomi Jawa dan non-Jawa Hanya Strategi Elite

Sabtu, 24 September 2022 – 20:00 WIB
Ilustrasi - Politikus senior Partai Golkar Agung Laksono. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Dewan Pakar Partai Golkar Agung Laksono mengatakan banyak masyarakat Indonesia tak memilih calon presiden hanya berdasarkan kedekatan suku, Jawa atau non-Jawa.

Menurutnya, masyarakat kini memilih berdasarkan kredibilitas dan kapabilitas capres sesuai rekam jejak prestasi yang ada.

BACA JUGA: Puan Sebut Capres PDIP Adalah Sosok Yang Sudah Berdarah Buat Partai 

Selain itu, faktor kejujuran, kesederhanaan, serta keberpihakan terhadap rakyat, terutama rakyat kecil, juga menjadi faktor paling penting.

"Jadi, setiap warga negara Indonesia, baik itu dari Jawa maupun non-Jawa, memiliki hak yang sama untuk bisa menjadi calon presiden," ujar Agung Laksono dalam keterangannya, Sabtu (24/9).

BACA JUGA: Soal Capres di Pemilu 2024, Mbah Mijan Sebut Satu Nama yang Terkuat

Meski demikian, Agung tetap menyerukan agar para elite politik dan masyarakat menghindari politik identitas.

Menurut dia, dikotomi antara kelompok suku Jawa dan non-Jawa bukan merupakan pendidikan politik yang baik dalam rangka menghormati kebinekaan serta memperkukuh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

BACA JUGA: Dikabarkan Bakal Dukung Prabowo di Pilpres 2024, Jokowi Sebaiknya Menghindari Politik Praktis

"Dikotomi Jawa dan non-Jawa biasanya dijadikan strategi kampanye untuk meraih suara, mengingat jumlah pemilih di Jawa sangat besar," ucapnya.

Dia juga menilai undang-undang telah mengisyaratkan melalui berbagai syarat capres dan calon wakil presiden (cawapres) yang sama sekali tidak memuat terkait kesukuan tertentu.

Namun, lanjutnya, ketentuan dalam undang-undang justru mendorong adanya kualitas terbaik dari seorang pemimpin.

Misalnya, memiliki komitmen tinggi dan konsisten dalam memperjuangkan kepentingan nasional, baik dalam hal pembangunan nasional maupun persaingan antarbangsa.

"Ini tentunya tantangan demokrasi ke depan, sebagai bagian dari hak dan ruang yang sama bagi WNI untuk berkontestasi sebagai pemimpin Indonesia," ucapnya.

Agung tidak memungkiri tingkat kesulitan bagi capres non-Jawa lebih tinggi dibanding capres dari suku Jawa. (Antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Kennorton Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler