jpnn.com, JAKARTA - Mantan Aster Kasad Mayjen TNI (Purn) Saurip Kadi mengaku heran dengan Prabowo Subianto yang merupakan teman satu angkatannya di AKABRI. Sebab, pernyataan-pernyataan calon presiden (capres) nomor urut 02 tersebut pada debat kandidat pilpres 2019, Sabtu (30/3) tidak menunjukkan pemahaman yang matang tentang pertahanan negara, khususnya dalam menghadapi ancaman.
Menurut Saurip, dasar penyusunan rencana pertahanan di seluruh dunia adalah 'hakikat ancaman' hasil perkiraan intelijen strategis baik jangka pendek, menengah dan panjang. Untuk itu, atase pertahanan di setiap Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) memasok informasi ke tanah air.
BACA JUGA: Jokowi Yakin Mengulangi Kemenangan Besar di Sulawesi Selatan
“Karena itu di setiap kedutaan besar negara mana pun dilengkapi atase pertahanan dari ketiga angkatan, sehingga dasar penyusunan hakikat ancaman benar-benar valid. Sama sekali bukan asumsi apalagi halusinasi. Mereka badan pengumpul keterangan yang resmi dibiayai negara," ujar Saurip di Jakarta, Minggu (31/3).
Baca juga:
BACA JUGA: Politikus PDIP: Diplomasi ala Prabowo Ketinggalan Zaman
Prabowo Anggap Pertahanan RI Lemah, Ini Peringkat TNI di Daftar Dunia
Anggap Prabowo Kurang Mengerti, Biarlah Presidennya Tetap Jokowi
BACA JUGA: Kiai Maruf Amin Batal Hadiri Kampanye PDIP di Senayan
Saurip pun mengingatkan segenap keluarga besar TNI untuk menggunakan hak pilih berdasarkan hati nurani. Penulis buku TNI-AD: Dahulu, Sekarang, dan Masa Depan itu juga mengajak para pensiunan tentara melihat rekam jejak Prabowo di kemiliteran.
"Apa yang dicari di hari tua? Haruskah para pensiunan tega membiarkan TNI kembali menanggung aib karena prajurit harus menghormat dengan sangkur terhunus kepada mantan petinggi TNI yang berhenti dari dinas aktif, karena dipecat? Na’uzubillahiminzalik (kami berlindung kepada Allah dari perkara buruk, red),” katanya.
Saurip lebih lanjut mengatakan, memang sulit untuk tidak menempatkan Prabowo sebagai bagian dari keluarga besar TNI. Namun, katanya, para purnawirawan wajib menjaga TNI sebagai almamater tempat para prajurit menyerahkan jiwa dan raga untuk kejayaan NKRI.
“Kecuali bagi mereka yang tidak merasa penculikan aktivis bukan aib bagi TNI. Jenderal Besar Sudirman, para pendiri TNI serta para pelatih di akademi militer tidak pernah mengajarkan rakyat apalagi aktivis demokrasi sebagai musuh negara, sehingga mereka sah untuk diculik," tuturnya.
Selain itu Saurip juga menyerukan kepada segenap anak bangsa bahwa pemilu bukan perang. Tokoh asal Brebes, Jawa Tengah itu menegaskan, pemilu merupakan sarana demokrasi untuk memilih pemimpin seriap lima tahun sekali.
"Untuk itu, pilihlah capres yang nyata-nyata terbukti berani dan berhasil memberantas megakorupsi, mafia tambang serta migas seperti Petral, Freeport, Newmont, Blok Rokan dan Mahakam. Selain itu juga mampu membangun rasa Indonesia melalui kualitas pelayanan dan infra-struktur yang sama untuk seluruh wilayah Indonesia," pungkas Saurip.(gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tjahjo Kumolo: Jokowi Luar Biasa
Redaktur & Reporter : Ken Girsang